Menilik Sejarah Kabupaten Kediri yang Berusia 1220 Tahun
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Lalu, dalam prasasti ini menunjukkan karena penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka memperoleh hadiah berupa tanah perdikan. Di dalamnya tertulis 'Sri Maharaja Masuk Ri Siminaninaring Bhuwi Kadiri' sehingga memiliki makna raja telah kembali kesimanya, atau harapannya di Bhumi Kadiri.
Demikian juga dalam Prasasti Kamulan di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek yang tertulis tahun 1116 saka. Versi Damais tertanggal 31 Agustus 1194, serta dalam prasasti itu juga menyebutkan nama, Kediri yang diserang oleh raja dari kerajaan sebelah timur.
Berikut kalimat yang berada dalam prasasti tersebut adalah 'Aka ni satru wadwa kala sangke purnowo' sehingga raja meninggalkan istananya di Katangkatang (tatkala nin kentar sangke kadetwan ring katang-katang deni nkir malr yatik kaprabon sri maharaja siniwi ring bhumi kadiri).
Profesor MM Sukarto Kartoatmojo. Seorang dosen epigrafi dan guru besar arkeologi di Universitas Gadjah Mada menerangkan bahwa Hari Jadi Kediri berawal pertama kalinya bersumber dari tiga buah prasasti Harinjing A-B-C, akan tetapi pendapat beliau, nama Kadiri yang paling benar dimuculkan dalam ketiga prasasti.
Alasannya Prasti Harinjing A tanggal 25 Maret 804 masehi, dinilai usianya lebih tua dari pada kedua prasasti B dan C, yakni tanggal 19 September 921 dan tanggal 7 Juni 1015 Masehi. Dilihat dari ketiga tanggal tersebut menyebutkan nama Kediri ditetapkan tanggal 25 Maret 804 M.
Saat Bagawantabhari menyabet anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang Dyah Tulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing. Alhasil penamaan Kediri semula kecil, lantas berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya terkenal sampai saat ini.
Setalah itu ditetapkan surat Keputusan Bupati Kepada Derah Tingkat II Kediri tanggal 22 Januari 1985 nomor 82 tahun 1985 tentang hari jadi Kediri, yang pasal 1 berbunyi "Tanggal 25 Maret 804 Masehi ditetapkan menjadi Hari Jadi Kediri".