Kupatan Durenan Trenggalek Sudah Ada Sejak 2,5 Abad Silam

Keturun kelima dari Mbah Mesir, Gus Izudin.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Beliau menerangkan memang Hari Raya Ketupat ada yang ingin merekayasa di beberapa tempat. Termasuk di kawasan trenggalek sendiri dengan membuat acara tersendiri dengan gegap gempita.

Namun, Gus Izudin mengatakan apapun acara hiburan atau tidak ada, tidak akan meruntuhkan radisi yang di Durenan berupa kupatan. Silaturahmi menjadi sebuah ajang rutin setiap tahun.

"Tradisi ketupat dengan silaturahmi adalah sarana untuk kita minta maaf kepada saudara dan guru yang kaitannya dengan hubungan sesama atau haqul adami," ujarnya.

Gus muda yang juga Pengurus MWCNU Durenan ini mengatakan setelah satu bulan penuh membersihka diri hubungan dengan Allah, momen kupatan ini hubungan terhadap sesama.

Terpisah, salah satu warga asli Durenan, Mochamad Cholid Huda mengatakan bahwa bagi warga Durenan yang penting adalah budaya suka silaturrahmi. Pihaknya ingin melestarikan budaya bahwa orang Durenan suka bersilaturamni.

"Tidak berrfikir habis berapa, dana berapapun untuk menjamu dan hormat tamu. Bagi masyarakat Durenan tetap bahwa budaya durenan ya itu," ujar Huda.

Ia masih teringat saat dulu awal-awal masih kecil sekitar tahun 1980an belum banyak kendaraan, orang-orang sowan hanya ke kiai di Pondok Babul Ulum dan keluarga atau dzurriyah pondok. Selain berjalan kaki, banyak juga yang naik sepeda ontel dari berbagai penjuru untuk ke Durenan.