Kripik Radja Hasil Pondok Pesantren Mambaul Ulum Malang Capai 1 Ton Per Bulan

Produk olahan PP Mambaul Ulum 'Kripik Radja'.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Malang, VIVA Jatim – Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bantur Kabupaten Malang konsisten menghasilkan produk unggulan berkualitas. 'Kripik Radja' namanya, berasal dari pidang dan Mbote —umbi-umbian talas—orang Jawa menyebutnya.

Lokasi pondok pesantren masuk wilayah administratif Dusun Tunjungsari RT 26 RW 06 Desa Bantur, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Produk ini lalu menjadi binaan Desa Sejahtera Astra (DSA) sejak 2019 silam. 

Hasil produksi kripik singkong dan talas ini sebanyak 1 ton dalam sebulan.

Ketua Koperasi Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bantur Malang, Agus Ali Usman mengungkapkan bahwa yang dahulunya 5 desa, kini bertambah 3 desa yang menjadi binaan sekaligus penyuplai bahan pisang dan talas.

"Kalau sekarang yang kita jadikan untuk penyuplai bahan ada sekitar 8 desa. Berbicara omzet 1 ton per bulan antara Rp 6 sampai Rp 7 juta," ujar Gus Ali Usman kepada VIVA Jatim, Jum'at, 8 November 2024.

Pendampingan dari PT Astra Internasional memang sudah tidak ada lagi. Akan tetapi berangkat dari pendampingan Astra dahulu membuat Pesantren asuhan KH Zainal Arifin yang juga ayah Gus Ali ini bisa survive dan semangat berinovasi.

"Mungkin cukup itu sehingga kami mandiri. Ya paling tidak kita tetap bersyukur Astra sudah pernah mendampingi sehingga kita hari ini bisa berjalan mandiri," paparnya.

Terbaru, olahannya mendapatkan permintaan pameran di salah satu perbankan nasional di Malang Town Square (Matos). Berlanjut 2 hari itu diikutkan pameran oleh bank tersebut di Jakarta.

Gus Ali menerangkan alasan Kripik Radja dipilih untuk mengikuti pameran pertama memang kualitas. Sebab soal kualitas benar-benar terjaga, baik bahan maupun minyak yang digunakan mengolah.

"Kedua saya menjaga pelayanan, artinya ketika membutuhkan tepat pesanan, disiplin benar-benar kami utamakan," paparnya.

Ditanya soal musim penghujan, ia mengakui sementara sedikit berpengaruh. Karena bahan baku kripik tidak dijemur, selesai pengupasan, angsung masuk penggoreng. Sehingga meski tidak ada panas pun produksi tetap berjalan. 

Produk olahan yang ditangani oleh 10 pekerja ini hanya memiliki dua varian rasa yaitu manis dan juga asin. Untuk harga sendiri perbungkus memiliki dua spesifikasi, yang pertama untuk kalangan menengah ke atas Rp 15 ribu per pcs. Sedangkan untuk yang biasa dijual di pasar harga 5 ribu.

Pria yang juga Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Mambaul Ulum Bantur ini mengaku untuk permintaan olahan keripik, paling banyak berasal dari toko-toko di sekitar Kecamatan Bantur. Termasuk di swalayan-swalayan sekitar.

"Kalau di dunia digital kita masih belum berjalan maksimal," bebernya.

Sementara respon dari customer sendiri, Gus Ali menambahkan pembeda dari kripik-kerilik lain pertama itu renyah. Kedua, tidak membuat batuk sebab menjaga kualitas minyak yang digunakan merek ternama.

"Jadi sudah paham kalau saya makan keripik Raja ini kok tidak batuk," ulasnya.

Ia mengaku, masyarakat setempat sebenarnya telah membuat olahan singkong dan talas kripik sedari tahun 2000 silam. Akan tetapi, karena masih menggunakan peralatan manual, kualitas olahan kripik belum maksimal seperti sekarang.

Seperti packaging dan pengolahan belum terlihat bagus. Sehingga, menurutnya belum menarik bagi pembeli. Alhasil dalam proses produksi kuantitas belum bisa meningkat.

"Packaging awal itu hanya plastik sablon. Setelah packaging menggunakan aluminium foil itu Insyaallah tahun 2020 dari packing yang bagus. Alhamdulillah beberapa produk kita ini lebih masif," jelasnya.

Gus Ali menuturkan, usai packaging menggunakan aluminium foil, beberapa produk sering mengikuti pameran yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan beberapa juga bergabung di One Pesantren One Produk (OPOP).

Termasuk, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di Kabupaten Malang sering mengikuti pameran. Hasil pameran itu menurutnya juga menjadi pintu rezeki. Termasuk Gubernur Jawa Timur memesan dalam jumlah banyak saat 17 Agustus 2023 kemarin.

"Yang istiqamah itu programnya Pak Bupati Malang yaitu Subuh Keliling 'Sule'. Sebagai oleh-oleh atau yang dibawa untuk diperkenalkan produk UMKM, salah satunya kripik kami," jelasnya.

Diketahui, Kecamatan Bantur mayoritas 90 persen lahan petani. Sehingga potensi yang ada membuat Gus Ali menggalakkan budidaya ketela sebagai olahan produk unggul dan alami.

Pria alumnus Pondok Pesantren Mansyaul Ulum Ganjaran Gondanglegi Malang ini menilai dengan adanya pendampingan Astra yang ada di Pesantren Mambaul Ulum, ini tidak hanya bermanfaat bagi kemandirian pesantren semata, melainkan juga wilayah desa setempat.

Bahkan, pihaknya yang di luar pesantren juga mendampingi 5 desa. Pendampingan mulai dari yang ingin mengurus izin halal merk, pengurusan PIRT bahkan sampai pendampingan permodalan.

"Kita dampingi 5 desa itu adalah Desa Pringgondani Desa Bantur Desa Bandungrejo desa sumberbening," tutup Gus Ali.