Haul Gus Dur Sekolah Kehidupan

Ilustrasi Gus Dur
Sumber :
  • NU Online

Kedua, Kiai Nasaruddin mengaku bahwa keberhasilan transformasi IAIN menjadi UIN di berbagai kota di Indonesia tak lepas dari tanda tangan Gus Dur sebagai orang nomor wahid di Republik ini. Waktu itu, Kiai Nazaruddin menjadi direktur eksekutif perubahan status IAIN Syarif Hidayatullah menjadi UIN Jakarta. 

Mantan Pembantu Rektor IV ini yang telah meyakinkan dan meminta tanda tangan Gus Dur secara langsung. Berkat coretan pulpennya, IAIN Syarif Hidayatullah berubah menjadi UIN Jakarta pada 2001. Kemudian disusul oleh IAIN Sunan Kalijaga juga berubah menjadi UIN Yogyakarta pada 2002.

Semula Gus Dur kurang begitu sepakat usulan Kiai Nasaruddin. Seperti halnya juga Cak Nur, panggilan akrab Prof Dr Nurcholish Madjid MA, juga sama kurang sependapat. Namun, setelah dijelaskan dengan tamsil, kedua tokoh ini akhirnya taslim sebagai wujud ikhtiar perkawinan pengetahuan agama dan umum.

"Saya menjawab. Islam itu Universal. Ketika Sekoah Tinggi itu seperti empang, ketika Institut seperti danau, kalau Universitas itu seperti Samudra. Karena Islam itu Universal. Maka Universitas itu lah yang mewadahi Universal Islam," kata Kiai Nasaruddin menjawab keraguan dua intelektual muslim tersohor asal Jombang ini.

Kesaksian Kiai Nazaruddin di atas adalah sebagian kecil dari banyak kesaksian dari para tokoh yang dekat dengan Gus Dur. Seperti KH Mustafa Bisri, Prof Dr KH Said Aqiel Siradj MA, Prof Dr Alwi Shihab MA, Prof Dr Mahfud MD SU, Prof Dr AS Hikam MA, Dr (HC) Khofifah Indar Parawansa, Dr Abd Muhaimin Iskandar MSi, Drs H Saifullah Yusuf, Dr (HC) KH Yahya Cholil Staquf dan lainnya sebagainya.

Mereka adalah para tokoh yang berada di dalam inner circle kehidupan Gus Dur, layaknya para sahabat besar Nabi Muhammad SAW. Mereka yang meriwayatkan qaulan (perkataan), fi'lan (perbuatan) dan taqriran (penetapan) dari Gus Dur sedari hidup sampai akhir hayat.

Sebatas yang saya ketahui, dari para sahabat karib Gus Dur di atas hanya Prof Mahfud, Cak Imin, Prof Hikam dan Gus Yahya yang menulis buku kenangan secara utuh. Selebihnya merupakan kesaksian yang masyhur secara lisan bak syuhrah wastifadhah dalam ilmu nasab.