Batoro Katong, Pendiri Ponorogo dari Kesultanan Demak (1)
- Nur Faishal/Viva Jatim
Jatim – Bagi warga Ponorogo, Batoro Katong disepakati sebagai pendiri kabupaten tersebut. Tapi soal asal-usulnya, ragam versi menyertai tokoh utama dalam sejarah berdirinya daerah berjuluk Kota Reog tersebut. Soal ragam versi itu setidaknya terdedah dalam percakapan santai Viva Jatim dengan Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU Ponorogo Ahmad Saujik atau Mbah Jinggo dan beberapa pengurus LTN NU setempat, Jumat malam, 10 September 2022.
Percakapan tentang sejarah Ponorogo yang berlangsung hingga dini hari itu membawa Viva Jatim sowan untuk bertawasul ke makam Batoro Katong di Plampitan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Minggu, 12 September 2022. Lokasinya tak jauh dari pusat kota, berada di tengah-tengah perkampungan. Sesampai di sana, sebuah gapura bercat putih menyambut. Gapura dengan arsitektur unik itu memiliki tiga lubang pintu, yang paling luas di bagian tengah.
Di bagian atas gapura tertulis lafal Laa ilaaha illa Allah dalam bahasa Arab. Di bawahnya menggantung papan kecil bertulisan Makam Bathoro Katong. Dari lubang gapura itu para pengunjung terlihat ramai masuk menuju area makam yang berada sekira 100 meter dari titik gapura. Di sela-sela itu, terdapat sebuah masjid. Ada juga balai tempat para pedagang menjajakan ragam jajanan.
Di dekat balai itulah jalan menuju area makam Batoro Katong disediakan untuk pengunjung. Dari situ, pengunjung berjalan sejauh sekira 30 meter, melewati jalan batako yang membelah banyak makam keluarga dan orang dekat Batoro Katong. Makam Batoro Katong berada di sisi paling utara, dinaungi sebuah bangunan dengan atap kuncup.
Saat Viva Jatim tiba di sana, hampir seratus peziarah sudah duduk bersila memenuhi dekat area makam Batoro Katong. Mereka khusyuk bertawasul, mendoakan tokoh yang diziarahi. “Monggo, silakan duduk di sisi utara,” kata seorang petugas mengarahkan Viva Jatim dan kawan duduk di lokasi yang masih lowong.
Siapa Batoro Katong?
Mengacu pada buku Jejak Sejarah NU Ponorogo yang disusun oleh Krisdianto, dkk yang diterbitkan Litbang PCNU Ponorogo, Batoro Katong adalah nama lain dari Lembu Kanigoro dan Raden Jaka Piturun. Ia adalah putra dari Prabu Brawijaya V yang ke-22 dari Putri Bagelen, adik dari Adipati Madura bernama Raden Jaran Panoleh.
Ada dua versi gelar Batoro atau Bathara tersemat pada nama Joko Piturun. Pertama, menurut Moelyadi, diberikan oleh Ki Ageng Pramana atau Bhre Pandanalas atau Brawijaya IV melalui mimpi di Telaga Ngebel. Kedua, gelar Bathara diberikan ke Joko Piturun diberikan oleh Sunan Kalijaga. Versi kedua ini menurut Purwowijoyo dalam Babad Ponorogo Jilid II: R.A Surodiningrat.
Disebutkan dalam buku Jejak Sejarah NU Ponorogo, Batoro Katong adalah adik dari Raden Patah yang saat itu memimpin Kesultanan Demak, kerajaan Islam yang didirikan atas kesepakatan Wali Songo. Batoro Katong diutus Raden Patah untuk membantu Ki Ageng Mirah, yang diyakini sebagai penyebar agama Islam pertama di Wengker, pusat pemerintahan yang sudah ada sejak awal di Ponorogo. (bersambung)