Batoro Katong, Pendiri Ponorogo dari Kesultanan Demak (3)
- Nur Faishal/Viva Jatim
Jatim – Dijelaskan dalam buku Jejak Sejarah NU Ponorogo yang disusun Krisdianto dkk, Di Wengker, Batoro Katong kemudian mendirikan Kadipaten Pramanagara (selanjutnya ditulis Kadipaten Ponorogo) pada 1496 Masehi. Dalam buku itu, Purwowijoyo dalam Babad Ponorogo Jilid I: R.A Surodiningrat menyebutkan, kata pramana berarti menyatukan sumber cahaya Matahari, bulan dan bumi yang berpengaruh pada kehidupan manusia. Sementara kata pana artinya mengerti dan kata raga artinya badan. Bila digabung, kata pramanaraga mengandung makna orang yang dapat menempatkan dirinya di hadapan orang lain. Lama-lama pengucapan Pramanagara berubah dan sekarang dikenal dengan Ponorogo.
Berdirinya Kadipaten Ponorogo didengar oleh penguasa Wengker, Ki Ageng Kutu Suryongalam. Dia murka dan merasa disepelekan. Batoro Katong sempat menemui Ki Ageng Suryongalam memberitahu tentang berdirinya Kadipaten Ponorogo, dan meminta Ki Ageng Suryongalam masuk Islam. Namun, ajakan itu direspons amarah hingga berujung bentrokan antara kubu Batoro Katong dan Ki Ageng Suryongalam. Akibatnya, tangan kanan Ki Ageng Suryongalam, Ki Ageng Honggolono tewas.
Karena suasan semakin kacau, Batoro Katong dan pasukannya memilih mundur. Ki Ageng Suryongalam tak terima. Setelah seluruh pasukannya berkumpul, dia kemudian menggempur Batoro Katong hingga banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Pasukan Batoro Katong yang dipimpin Patih Seloaji akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Ki Ageng Suryongalam. Tak lama kemudian dia kembali menyerang pasukan Batoro Katong namun kalah. Menurut penuturan Babad Ponorogo, Ki Ageng Suryongalam meninggal setelah dipenggal kepalanya oleh Patih Seloaji.
Singkat cerita, Batoro Katong berhasil menguasai wilayah Wengker. Dia menjadi Adipati pertama Ponorogo. Dia kemudian memboyong putri dari Ki Ageng Suryongalam bernama Niken Gandini ke kadipaten. Surohandoko diberi kedudukan sebagai Demang Surukubeng. Adapun Suromenggolo diberi tugas mengawal Putri Kuning, salah satu istri Batoro Katong. Sementara para pengikut Ki Ageng Suryongalam diinformasikan lari dan menyebar ke seluruh penjuru Ponorogo.
Versi lain menyebutkan bahwa sebetulnya tidak ada perselisihan apalagi bentrokan antara Ki Ageng Suryongalam dengan Batoro Katong. Sebab, Batoro Katong memilih menggunakan cara damai ketika mengenalkan Kadipaten Ponorogo. Bahkan, Batoro Katong berhasil memperistri Niken Gandini, putri dari Ki Ageng Suryongalam. Akhirnya, Ki Ageng merestui berdirinya Kadipaten Ponorogo. Versi lain itu ditulis oleh Toebari dkk di buku Hari Jadi Kabupaten Ponorogo.
Setelah berhasil menguasai Wengker, Batoro Katong kemudian melanjutkan syiar Islamnya yang mulanya dirintis oleh Kia Ageng Mirah. Batoro Katong menyebar 40 ulama dari Demak untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Wengker atau Ponorogo. Di antara ulama yang difasilitasi oleh Batoro Katong menyebarkan Islam di Ponorogo ialah Ki Ageng Imam Musyakaf, putra dari Ki Ageng Mirah. Sejak itu Islam terus berkembang di Ponorogo hingga sekarang. (Habis)