Pelatih Bulutangkis Indonesia ini Guncang Amerika, Bawa Anak Didiknya Juara

- VIVA Jatim/Tofan Bram Kumara
Surabaya, VIVA Jatim - Indonesia dikenal sebagai kiblat bulu tangkis. Wajar karena bukan hanya atlet, pelatihnya pun dianggap mempunyai ilmu dan pengalaman yang mumpuni.
Bahkan yang terbaru, pelatih bulu tangkis Indonesia, I Komang Sandy Wijaya mengguncang Amerika Serikat (AS). Pasalnya, Komang Sandy Wijaya berhasil mengantarkan anak asuhnya, Franklin Yiu, mampu juara tunggal putra dalam ajang bergengsi, Kejuaraan Bulutangkis Antar Universitas.
''Nama kejuaraannya 2023 Nothern Collegiate dan dilaksanakan di Boston. Pesertanya semua pebulu tangkis terbaik yang berstatus mahasiswa di Amerika Serikat,'' kata Komang Sandy Wijaya, Rabu, 13 Desember 2023.
Bagi pria asal Surabaya ini, capaian tersebut juga berkat latihan keras dari Franklin. Dia sejak usia enam tahun sudah dilatihnya. Dia baru sisi usia, masih sangat muda, yakni 19 tahun. Tapi, ketika di lapangan, semangatnya menjadi juara sangat tinggi.
"Lawan yang dikalahkan dari Boston University. Saat ini, Franklin kuliah di New York University. Dia mengambil jurusan Matematika computer science,'' jelas pelatih yang dibesarkan di klub Wima Surabaya tersebut.
Pria yang akrab disapa Sandy ini mengaku untuk kali pertama ada pebulu tangkis dari New York University yang mampu menjadi juara Amerika. Tak bisa dipungkiri, pengalaman yang dimiliki Sandy memang memegang peranan besar.
Diketahui, Sandy sendiri lahir di Surabaya pada 11 Desember 1989. Kemampuanya bermain bulu tangkis membuat dia masuk ke klub besar di Indonesia, PB Djarum Kudus dan PB Wima Surabaya.
Ia bermain dengan spesialisasi ganda. Salah satu pasangannya yang membuat Sandy disegani adalah Riky Widianto. Riky merupakan mantan pasangan ganda campuran 10 besar dunia.
Sandy sendiri menginjakan kakinya di Amerika Serikat pada 2016. Di Negeri Paman Sam, dia bergabung dengan International Badminton Centre (IBC) di New Jersey. Ia menjabat tugas rangkap, sebagai atlet dan juga pelatih.
Sebagai atlet, Sandi sudah kenyang pengalaman. Dia sudah merasakan kerasnya persaingan bukan hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri. Di dalam negeri, ia bertarung dalam sirkuit nasional (sirnas). Dengan membela klub Wima Surabaya, hasil yang dipetiknya tidak mengecewakan, mampu menembus final dalam Sirnas Bandung dan Makassar.
”Saya pernah menjadi semifinalis Indonesia International Challenge di Surabaya 2013,” ungkap Sandy.
Selain itu, dia juga pernah menjadi lawan tanding di beberapa negara Asia dari Malaysia, Filipina, hingga India. Setelah itu, Komang berpetualang ke Eropa. Dua negara, Republik Ceko dan Swiss.
”Saya pernah berlaga di kompetisi di Repubik Ceko membela klub Trencin dan Sokol Dobruska. Sedangkan di Swiss, saya membela CBA,” katanya.
Penampilannya yang apik di benua putih itu akhirnya membuat Badminton International Centre terpikat. Pada 2016, klub itu ingin memakai jasa dan menerima ilmu yang dimiliki Sandy.
Selain mengantarkan anak asuhnya menjadi juara mahasiswa se Amerika Serikat, Sandy juga pernah membawa anak asuhnya mampu menembus final tunggal putri di bawah usia 15 tahun (U-15) kejuaraan nasional AS.