Nadzam Tsamratul Mizan Hadir Versi Digital, Dilengkapi Makna hingga Audio
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Malang, VIVA Jatim – Dunia digital semakin mempermudah dalam menimba berbagai ilmu hingga berinovasi. Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading sekaligus mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) membuat nadzam atau syair makna fungsional wazan yang bisa didownload melalui Google Play.
Muh Syahri Romadhon namanya. Ia beri nama karangan tersebut 'Nadzam Tsamratul Mizan'. Menariknya memiliki aplikasi berbasis Android, bisa diunduh di Google Play Store dengan mengetik nama nadzam 'Tsamrotul Mizan'.
"Nadzam ini diberi nama Tsamratul Mizan fii Ma’aani Intiqalil Awzaan. Dalam aplikasi ini juga disertai audio, syarah (penjelasan), dan terjemah dari nadzam tersebut," terang Muh Syahri Romadhon saat dihubungi, Sabtu, 15 Juni 2024.
Syahri mengaku latar belakang membuat nadzam ini berawal fenomena banyak santri yang merasa kesulitan dalam menghafal faidah-faidah perubahan wazan sharf (Arabic Verbal Conjugations and their Functional Meanings) dalam kitab Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah karya Syekh Ma'shum bin Ali Jombang.
Terlebih faidah-faidah tersebut cukup banyak dan disajikan dalam bentuk prosa yang semakin menambah kesulitan untuk menghafalkan. Ia mencoba meringkas lebih sederhana melalui nadzaman syair agar lebih mudah.
"Oleh karena itu, saya menyusunnya dan menggubahnya menjadi sebuah nadzam agar mudah dihafalkan. Pada tiap bait saya sertakan contoh supaya mudah dipahami," paparnya.
Pemuda asal Baureno Bojonegoro ini saat ditanya berapa lama mengarang, sekitar satu mingguan. Akan tetapi tidak seminggu penuh, karena kesibukan rutinitas kadang sehari menyusun, sehari tidak, dan melanjutkan hari berikutnya.
Syahri menjelaskan jumlah bait ada 32 bait yang terdiri dari 4 bait pembuka (muqaddimah), 27 bait isi, dan 1 bait penutup. Untuk 27 bait isi tersebut mencakup 47 faidah makna perubahan wazan beserta contoh di masing-masing bait.
"Nadzam ini menggunakan bahr rojaz (kaidah syair) yang tentu tidak asing di kalangan santri, karena sama dengan bahr yang digunakan dalam Nadzam Alfiyah Ibni Malik, Imrithi, Aqidatul Awam, dan lain sebagainya," ulasnya.
Disinggung kesulitan dalam mengarang, pria berusia 25 tahun ini mengaku dalam menyusun nadzam sulit menentukan qafiyah (sajak akhir kata) terlebih dahulu. Terlebih nadzam ini digubah dari prosa kitab Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah.
Dimana kitab tersebut karya yang berasal dari prosa memiliki tantangan tersendiri, karena ia harus memilah-milah kata apa yang ditaruh di qafiyah supaya serasi antara qafiyah dalam shadr (bagian awal dari suatu bait) dan ‘ajz (bagian kedua dari suatu bait).
"Selain itu juga harus memilah-milah kata karena harus mengikuti pagu kaidah dalam ilmu Arudl, khususnya dalam Bahr Rojaz ini," imbuhnya.
Dirinya berharap karya nadzam ini dapat memberikan sumbangsih keilmuan, khususnya dalam bidang sharf, dapat menjadi penunjang kitab Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah Sekaligus memberikan kemudahan bagi santri-santri yang mempelajari faidah-faidah dalam tasrif
"Semoga memudahkan memahami dan menghafal faidah-faidah/makna-makna yang ada di dalamnya, serta dapat bermanfaat bagi pembaca," jelasnya.
Sebagai nadzam ini ditashih oleh 3 dosen Sastra Arab Universitas Negeri Malang, yaitu: Achmad Tohe MA PhD (salah satu pendiri PCINU Amerika Serikat dan Kanada, serta lulusan doktoral dari Boston University), Dr Moh Khasairi MPd, dan Nur Anisah Ridwan MPd.