Kenali Faktor Penyebab dan Cara Mengatasi Penyimpangan Seksual

Ilustrasi penyimpangan seksual
Sumber :
  • Pinterest

Tulungagung, VIVA Jatim – Pekan lalu dihebohkan adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami selebgram Meylisa Zaara. Dugaan pelaku yang merupakan suaminya ini naik pitam lantaran kepergok chatan whatsapp mesra dengan sesama pria.

Fenomena tersebut tabu untuk dibicarakan, namun perlu menjadi perhatian supaya tidak merebak. Salah satu Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung, Germino Wahyu Broto mengungkapkan beberapa faktor yang menjadi penyebab penyimpangan seksual.

Menurut Germino, penyebab Penyimpangan seksual sangat kompleks dan multidimensional faktor-faktornya. Bercampur antara lain ada faktor biologis, psikologis, sosial, dan lingkungan dan lain-lain berkontribusi mengembangkan perilaku menyimpang.

"Pertama faktor biologis, dapat berupa kelainan genetic, faktor hormonal yang mempengaruhi perkembangan seksual, ketidakseimbangan neurokimia otak dapat mempengaruhi dorongan seksual atau pengendalian impuls, ataupun akibat kerusakan pada prefrontal cortex otak," ungkap Germino saat dikonfirmasi Viva Jatim, Sabtu, 15 Juli 2023.

Faktor kedua psikologis, dapat berupa gangguan perkembangan seksual masa kanak-kanak atau remaja akan mempengaruhi pola perilaku seksual saat dewasa. Gangguan psikologis, gangguan kepribadian, gangguan kecemasan, gangguan mood dapat mempengaruhi persepsi dan kendali perilaku seksual.

Ketiga, faktor sosial dapat berupa pengalaman traumatis atau kekerasan seksual menyebabkan penyimpangan seksual sebagai manifestasi/ akibat dari pengalaman tersebut. Faktor lingkungan sosial yang memengaruhi norma dan nilai-nilai seksual masyarakat.

"Ketidakstabilan keluarga, kurang perhatian, terjadi pengabaian emosional berpengaruh pada perkembangan seksual mengarah pada perilaku menyimpang," imbuhnya.

Alumnus UGM-UAD Yogyakarta ini mengungkapkan, faktor keempat adalah lingkungan. Paparan pornografi atau konten seksual melalui media digital atau media massa. Pengaruh kelompok, teman sebaya dapat memperkuat perilaku seksual menyimpang.

"Kurangnya pendidikan seksual komprehensif yang akurat, sehingga mempengaruhi persepsi dan pemahaman tentang seksualitas yang sehat," ulasnya.

Treatmen bagi Penyintas

Pria yang hobi berkebun ini meminta kepada semuanya untuk menahan diri dari 'No Stigma'. Sebagai lingkungan sosial, masyarakat dapat memberi kesempatan serta kepercayaan penyintas untuk mewujudkan atau membuktikan tekad untuk berubah.

"Memberikan dukungan moril, social, dan emosional bagi individu tersebut. Serta memberikan ruang lingkungan dan pergaulan yang kondusif untuk berubah," jelasnya.

Hal yang bisa dilakukan lagi menurut Germino adalah membantu mengidentifikasi penyebab, mengubah pola pikir, perilaku tidak sehat. Serta membantu mereka tetap istiqomah dalam mengendalikan impuls atau hasrat, serta mengembangkan strategi menghadapi/pengganti yang sehat.

"Selanjutnya, membantu mereka mengatasi faktor penyebab psikologis di masa lalu yang menjadi triger perilaku menyimpang," paparnya.

Bagi pihak yang competence, ia mendorong dapat memberi dukungan emosional, konseling, yang membantu penyintas memahami dampak perilaku menyimpang bagi diri sendiri dan orang lain.

Menurutnya, kalangan expert diharapkan dapat membantu individu mengembangkan strategi menghindari situasi berisiko dan membangun hubungan interpersonal yang sehat.

Dosen Psikolog ini mengakui bahwa selama ini penelitian kearah sana maaih dianggap tabu. Kontribusi berapa persen komunitas-komunitas yang membentuk pribadi seorang penyuka sesama jenis belum menjadi bahan sebuah penelitian.

"Bahkan di beberpa kalangan akademik masoh tabu, baru setelah terjadi phenomena pada heboh. Yang jelas faktor lingkungan dan sosial memegang 2 dari 4 komponen," tandasnya.