Titik Balik Edukasi Keselamatan Perlintasan Sebidang Kereta di Tulungagung

Petugas Dishub Tulungagung memberikan edukasi ke pengendara.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Tulungagung, VIVA JatimKecelakaan antara Kereta Api Dhoho nomor KA 531 tujuan Blitar-Kertosono dengan bus Harapan Jaya AG 7679 US dua tahun silam menjadi catatan tersendiri bagi seluruh pihak.

Pukul 05.00 WIB, 27 Februari 2022 menjadi waktu mengenaskan bagi 5 korban meninggal dunia. Belasan lainnya mengalami luka-luka haris dilarikan ke RSUD dr Iskak Tulungagung untuk mendapatkan perawatan.

Salah satu warga Desa Ketanon, Mochamad Sholeh Sirri mengatakan bahwa lokasi tersebut sebelum dibangun seperti sekarang ini cukup membahayakan. Pasalnya, kepadatan arus lalu lintas terbilang ramai, karena menghubungkan jalan protokol ke jalan sirip melewati perlintasan sebidang.

"Mulai truk, pikap, angkutan barang, sebelum kejadian itu minim petugas. Yang ada hanya di jam-jam kerja, jam 9 malam keatas tidak ada. Justru jam-jam segitu banyak angkutan malam," ujar Mochamad Sholeh Sirri, Senin, 15 April 2024.

Isal, sapaan akrab pria berambut gondrong ini saat tidak ada penjaga kereta, ditambah belum ada palang pintu serta sirine kereta akan lewat membuat sangat berbahaya.

Terlebih, masyarakat desa saat itu masih sangat abai terhadap keselamatan. Saat menyeberang perlintasan kereta api hanya langsung lewat, belum tengok kanan tengok kiri.

"Tidak ada palang pintu sikap masyarakat los-losan. Mulai ada kejadian itu lambat laun sadar mas," kenang Isal.

Ia mengatakan bahwa pengguna sepeda motor jika ingin menuju jalan nasional bisa lewat perlintasan dekat Universitas Muhammadiyah maupun JPL 525. Namun,  kalau untuk kendaraan roda 4 seperti mobil sampai truk tidak bisa.

"Karena disana di desain tidak bisa dilalui roda 4. Berbeda disini (JPL 252) cukup lebar sehingga bisa dilalui mobil dam seterusnya," bebernya.

 

Alumnus STKIP PGRI Tulungagung ini menambahkan saat ini usai mendapat perhatian dari pemerintah, lokasi perlintasan sebidang ini mulai tertata. Baik dari fasilitas fisik maupun petugas yang berjaga sudah 24 jam.

"Mulai kondusif ran dan mulai tertib. Oh ini lereta akan lewat, ada early warning system masyatakat bisa mengantisipasi karena sudah ada relawan atau penjaga," ungkapnya.

Senada, Relawan Penjaga Palang Pintu Desa Ketanon, Dio Ferdinanto mengaku sudah lama menjadi relawan berangkat dari panggilan hati. Mengingat dahuli sebelum dibangun palang pintu, banyak masyarakat yang asal-asalan dalam menyeberang.

Dengan fasilitas terbatas, ia melayani masyarakat dengan penuh kesabaran. Mengatur lalu lintas tanpa pamrih dengan alat seadanya serta belum ada perhatian dari pihak terkait.

"Menjadi relawan ya antara 8 tahun lebih. Usai kejadian itu sekarang malah penjadi tugas penjaga lalu lintas palang pintu. Alhamdulillah sekarang sudah diperhatikan lebih sejahtera," ujar Dio Ferdinanto.

Pria berusia 35 tahun ini mengaku saat kejadian nahas bus vs kereta itu, ia tidak sedang menjaga. Jadwal rekan lain yang masih belum berangkat karena jam masih menunjukkan pagi-pagi buta.

Pasca kejadian tersebut, dirinya menjadi tambah bersemangat dalam menjalankan tugas sehari-hari. Pekerjaannya menjaga palang pintu ini sama halnya menjaga keselamatan pengendara yang akan melintas.

"Menolong orang lewatlah menjaga ini, sekadar menolong orang lewat, kalau menyeberang," ulasnya.

Disinggung keluhan dari masyarakat, ia mengaku tidak ada. Karena saat ini sudah terbangun pos jaga bagus sekali. Berbeda dadulu sangat rawan sekali saat belum dibangun.

"Sebelumnya ada palang pintu itu masyarakat nylonong namanya orang. Padahal sudah memperingatkan tetapi orang yang ngeyel semaunya sendiri," tutupnya.

Analis Kebijakan Ahli Muda Dinas Perhubungan (Dishub) Tulungagung, Aries Prasetyo mengungkapkan perihal edukasi keselamatan di perlintasan sebidang, pihaknya sudah melakukan mulai dari tingkatan usia dini sampai ke usia SMA/SMK sederajat.

Selain itu, Dishub Tulungagung juga sering mengadakan kegiatan bersama dengan Daop 7  Madiun. Yaitu melakukan edukasi ke masyarakat sekitar yang berada atau melintas diperlintasan sebidang.

Ia mengaku berkaca kejadian tahun 2022 antara Bus Harapan Jaya, yang waktu mengangkut rombongan wisata tertemper kereta api. Sampai kerugian korban jiwa cukup menyayat hati.

"Berangkat dari situ menjadi atensi. Sampai Pak Dirjen Perkerataapaian turun kesini mengadakan pertemuan dan kebetulan langsung Pak Bupati memberikan petunjuk.  JPL 252 ini saat itu juga harus ada penanganan peningkatan keselamatan," beber Aries Prasetyo.

Ditemui di lokasi saat meninjau perlintasan kereta api JPL 252 Desa Ketanon, jika dari sisi regulasi mulanya diterbitkannya Peraturan Menteri Perhubungan 94 tahun 2018 tentang peningatan perlintasan sebidang kereta api dengan jalan.

Aries mengatakan disitu membagi kewenangan jalan kabupaten menjadi keweangannya Pemkab untuk perlintasan sebidang di jalan provinsi masuk kewenangan Pemprov dan jalan nasional masuk ke di kementerian. 

"Jadi sinergitas dengan KAI dalam rangka peningkatan keselamatan kita bisa melaksanakan pembangunan palang pintu dan pos jaga. Itu kita koordinasi dengan PT KAI, Kementerian Perhubungan selaku yang memiliki aset kereta," imbuhnya.

Sedangkan dari PT KAI selaku operator, pihaknya tetap melaksanakan join inspection secara rutin. Selian edukasi-edukasi, Dinas Perhubungan Tulungagung juga langsung ke masyarakat saat turun ke perlintasan saat kereta lewat dan pengendara berhenti.

"Kita dengan sosialisasi melalui pemasangan banner dan lainnya kita laksanakan semua," jelasnya.

Disinggung anggaran pembangunan untuk di JPL 252 ini, ia mengaku murni berasal dari APBD, sedangkan di sebelah utara masuk JPL 253 merupakan bantuan dari provinsi.

Total keseluruhan mulai dai utara Kecamatan Ngantru sampai dengan Kecamatan Rejotangan yang menjadi keweangan Pemkab Tulungagung ada 20 lokasi. Pihaknya akan mengusulkan untuk pembangunan perlintasan kereta api sebidang.

"Kita baru menyelesaikan 6, yang kemarin sekitar awal bulan puasa kita mengajukan lagi rekomendasi ke Kementerian ada 8. Iya berupa pos jaga palang pintu," paparnya.

Sekolah Tinggi Transportasi Darat, 2006 ini mengaku total delapan titik tersebut adalah JPL 215, 216 Desa Rejotangan, JPL 218 Desa Aryojeding. Lalu JPL 224 dan 225 Desa Gilang, JPL 242 Desa Plosokandang Kecamatan Kedungwaru.

"Dua lainya adalah JPL 245 Desa Tunggulsari dan JPL 250A Desa Ketanon," jelasnya.

Aries menambahkan perihal keselamatan bagi pengendara saat melintas perlintasan kereta api, Dishub Tulungagung memiliki slogan bagi orang sebelum lewat di perlintasan sebidang kereta api dengan 'BERTEMAN'.

"Berhenti sejenak tengok kanan, tengok kiri, tengok kanan lagi, aman baru jalan," katanya.

Ia mengaku untuk yang di JPL 252 Desa Ketanon ini pasca kejadian kecelakaan langsung mendapat atensi untuk peningkatan keselamatan. Termasuk petugas penjaga ini diambilkan rekrutmen dengan tenaga kontrak dengan Pemkab Tulungagung.

"Sementara masih disini, sama di Plosokandang JPL 252 sama JPL 244," ulasnya.

Ditanya soal harapan, Dishub Tulungagung  ingin secara bertahap selain anggaran dari APBD juga berusaha mengajukan melalui Pemprov. Seperti sebelumnya Pemprov ikut mendukung melalui bantuan teknis untuk pemerintah kabupaten langsung menerima berupa barang.

"Kita berusaha aktif berkoordinasi terus Daop 7 khususnya dengan Pemprov bahkan kementerian kita juga aktif perihal keselamatan bagi pengguna jalan yang melintas di perlintasan sebidang," pungkasnya.