Tergusur Produk China, Pengrajin Kulit dan Perak Curhat ke Kadin Jatim

Pengrajin kulit dan perak saat curhat ke Kadin Jawa Timur.
Sumber :
  • Humas Kadin Jatim

"Walaupun kita tahu kualitas produk China itu tidak sebagus produk lokal. Namun masyarakat akhirnya tetap lebih memilih membeli barang yang lebih murah dan lebih indah tampilannya. Disisi lain, perang pasar di level lokal antar daerah juga kian ketat," aku Roni.

Menurut Sekjen Aspek Jatim Agus Nanang, sebenarnya tidak hanya pengrajin kulit yang mengalami seperti kondisi saat ini. Ada banyak UMKM yang juga merasakan hal yang sama.

"Ini adalah potret atau contoh kondisi UMKM secara luas. Karena kondisi umum mereka ya seperti ini, hampir tidak bisa bernafas," ujar Jhon, sapaan akrsb Agus Nanang.

Pengakuan yang sama juga diungkapkan Ketua Perkumpulan Pengrajin Perhiasan Perak Jatim, Mochammad Musa, derasnya gempuran barang kerajinan perak dari China mengakibatkan pengrajin perak di wilayah Jatim gulung tikar dan tinggal sedikit. Meraka memilih untuk beralih profesi.

"Saat kondisi tidak baik dan tidak ada pesanan, banyak tukang yang dulunya bekerja sebagai pembuat kerajinan perak beralih menjadi ojek online, ada juga yang jual cilok dan lainnya. Meraka akhirnya merasa nyaman dan tidak lagi mau bekerja di sini, karena dianggap lebih aman. Sehingga saat kami meminta mereka kembali membuat perhiasan perak, mereka tidak mau lagi," terangnya.

Sama dengan produk kulit impor dari China, produk kerajinan perak dari negara tirai bambu tersebut terkenal miliki desain sangat indah dan inovatif dengan harga sangat murah.

"Meraka itu peniru ulung. Kalau keluar model perhiasan dari Eropa misalnya, maka China langsung membuat sama dengan jumlah sangat banyak," tambahnya.