Kajian Sumber Daya Air DAS Kedunglarangan AQUA-UGM-Montpellier untuk Pahami Siklus Air
- Istimewa
Pasuruan, VIVA Jatim-Danone Aqua melalui PT Tirta Investama- Pabrik Pandaan (AQUA Pandaan) bekerjasama dengan UGM (Universitas Gajah Mada) dan Universitas Montpellier, Prancis menggelar Seminar Hasil Kajian Kerjasama Riset Sumber Daya Air tanah di DAS (Daeral Aliran Sungai) Kedunglarangan.
Kegiatan ini dihadiri juga oleh seluruh pemangku kepentingan dan pemanfaat air di Pasuruan seperti Forum DAS Pasuruan, pengelola Taman Hutan Rakyat, Dinas-terkait, komunitas pegiat lingkungan, perusahaan-perusahaan di Pasuruan serta akademisi dan media.
Kajian ini bertujuan untuk memahami siklus air di DAS Kedunglarangan yang meliputi daerah resapan, perubahan tata guna lahan, dan neraca air tanah. Data-data dan Kesimpulan kajian tersebut akan menjadi dasar untuk menentukan langkah dan tahapan konservasi.
Selain itu kajian tersebut juga bisa menjadi dasar bagi pengembangan pertanian bagi seluruh Masyarakat Pasuruan, khususnya di lereng timur Gunung Arjuno.
Water Resources, Science & Process Technology Director Danone Indonesia, Azwar Satrya, mengatakan pengelolaan DAS secara kolektif merupakan Langkah penting karena bisa memberikan dampak nyata yang luas. Hal ini sekaligus menyelaraskan semua pemangku kepentingan di satu kawasan.
Azwar menjelaskan penelitian dimulai sejak tahun 2020. Dan Pandemi Covid-19 merupakan tantangan besar dalam proses kajian. Namun ia bersyukur proses kajian bisa dilalui dengan baik berkat dukungan semua pihak.
"Kajian ini juga merupakan wujud kontribusi AQUA Pasuruan berkontribusi pada pelestarian lingkungan melalui basis keilmuan, upaya tersebut juga menjadi pijakan semua pihak untuk bisa bersinergi," ujar Azwar, Kamis, 24 Oktober 2024.
Karena itu, Azwar mengajak semua pemanfaat air di Pasuruan untuk bisa mewujudkan pengelolaan DAS dengan lebih bijak menggunakan air di masa mendatang.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan sekaligus Ketua Forum DAS Kabupaten Pasuruan mewakili Pj Bupati Pasuruan, Taufikhul Ghony menyampaikan bahwa kajian lingkungan secara kelimuan seperti ini bisa menjadi dasar kuat dalam menentukan kebijakan yang sesuai kebutuhan di Kabupaten Pasuruan.
“Kami telah berupaya mengembangkan kebijakan lingkungan yang mengatur industri untuk berkontribusi pada Upaya konservasi. Selain itu juga mewujudkan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup," Taufik menegaskan.
Ia mengungkapkan berkat adanya forum DAS, Pasuruan menjadi satu-satunya Pemda yang inovatif dalam hal pengelolaan Sumber Daya Air. Ia berharap hasil kajian tersebut bisa menjadi komitmen bersama untuk menguatkan pelestarian lingkungan, khususnya di DAS Kedunglarangan.
Patrick Lachassagne dari Universitas Montpellier menyampaikan hasil kajian studi bersama ini dapat mengetahui daerah resapan yang mencakup desa-desa seperti Tretes, Prigen, Pecalukan, Ledug, dan Dayurejo di ketinggian 500 hingga 3.300 meter.
Dengan mengetahui daerah resapan, maka dapat diketahui juga cadangan air tahunan pada Zona Tengah, termasuk mata air utama seperti PDAM Plintahan, Toyoarang, dan Durensewu dan sumur bor yang banyak digunakan oleh industri.
Patrick mengatakan saat ini, daerah resapan menghasilkan 1.200-liter air per detik, dengan 670 liter per detik mengalir dari mata air. Namun, penggunaan sumur bor meningkat 200 persen dari 2010 hingga 2020 mencapai 560 liter per detik, yang terbagi untuk tekstil, manufaktur, dan industri lainnya sebesar 54 persen. Kemudian AMDK 21 persen dan PDAM 13 persen.
Lalu hotel dan perumahan 8 persen, serta air isi ulang 4 persen. Dengan manajemen air tanah yang baik, tren ini bisa distabilkan untuk menjaga keseimbangan sumber daya air bagi semua pihak. Dan grafik Neraca Air Zona Tengah DAS Kedunglarangan (Perbandingan Debit Sumur Bor dan Mataair) dengan Proyeksi Serta Skenario Manajemen Air Tanah telah Optimal.
Lebih lanjut, Patrick mengatakan kajian ini juga memberikan informasi akurat bagi pemerhati lingkungan yang berencana melakukan konservasi. Luasan dan lokasi yang tepat, serta vegetasi yang sesuai, dapat ditentukan, dan teknik konservasi seperti sumur resapan, rorak, dan biopori bisa diterapkan lebih efektif.
"Pemantauan mata air PDAM dan sumur bor, termasuk level air dan debitnya, harus terus dilakukan. Forum Multi Pemangku Kepentingan akan melaksanakan langkah-langkah ini untuk mengembangkan skenario lain," katanya.
Di daerah resapan, lanjutnya, juga terpantau perubahan lahan signifikan seperti peningkatan pemukiman, pertanian heterogen, dan tanah terbuka yang dapat meningkatkan risiko kontaminasi air tanah dari limbah domestik dan pupuk jika tidak dikelola dengan baik.
Prof Heru Hendrayana dari UGM menambahkan hasil kajian ini menjadi pengingat untuk bisa bersama-sama menjaga CAT (Cekungan Air Tanah) Pasuruan, khususnya DAS Kedunglarangan.
"Kajian serupa pernah kami lakukan juga di Lereng Tenggara Gunung Merapi di Sub DAS Pusur juga di Lereng Tengger yang masuk DAS Rejoso," tegasnya.
Hasil studi atau kajian ini nantinya akan bisa dimanfaatkan oleh semua pihak pemanfaat air di Pasuruan. Data ini menjadi baseline untuk menerapkan upaya konservasi di area hulu maupun merencanakan intergrasi program pelestarian dari hilir maupun area tengah.