JLS Brumbun-Sine Tulungagung Dongkrak Ekonomi Pertanian hingga Pariwisata
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Tulungagung, VIVA Jatim – Siang menjelang sore para nelayan tampak beraktivitas di tepi Pantai Brumbun. Pantai yang masih asri masuk wilayah administratif Desa Ngrejo, Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung.
Sumanto, nelayan Pantai Brumbun
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Suminto (49) tengah membenahi jaring sobek di bawah pohon kelapa dan pohon rindang. Sementara di kejauhan, Ardian Aji Setiawan (32) tengah membawa mesin kemudian untuk perahu.
Perahu yang ia gunakan masih terbalik. Berjajar rapi dengan perahu lainnya milik nelayan setempat.
Sejurus kemudian, perahu sudah mengarah ke laut lepas. Siap menjaring ikan. Beberapa nelayan lain bergerombol tengah duduk berbincang santai. Tepat di belakang warung dekat pantai.
Tak berselang lama, mereka ikut membantu nelayan muda menarik perahu. Mendekat bibir pantai siap berlayar.
Suminto mengungkapkan akses jalan sebelum ada JLS lumayan sulit dan jauh. Terlebih saat musim hujan, sangat licin dan curam. Tidak sedikit yang terjatuh.
"Lewatnya jalannya dulu lumayan sulit untuk dilalui, apalagi saat hujan. Dengan hadirnya JLS ini, sudah enak untuk perjalanan. Lebih cepat sampai dan lebih mudah membawa jagung dan hasil tangkapan ikan," ujar Suminto sambil memegangi jaring miliknya kemarin, Minggu, 2 Maret 2025.
Di sekitar Pantai Brumbun sendiri hanya ada 50 Kepala Keluarga (KK). Mayoritas selain nelayan adalah petani.
Dirinya mengatakan akses jalan ke wilayah sebelah yakni Pantai Sine, Desa Kalibatur Kecamatan Kalidawir Tulungagung dengan jarak tempuh 25 kilometer 1 jam perjalanan.
JLS Brumbun-Sine Tulungagung dengan view laut lepas.
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Hadirnya JLS Brumbun-Sine memangkas waktu tempuh hanya 30 menit. Yang semula harus memutar melalui Desa Besole Kecamatan Besuki, kini bisa lebih dekat.
"Biasanya akses dari Brumbun ke Sine itu muter Tanggunggunung sekitar 1 jam. Semisal ini jadi sekitar 30 menit sudah sampai ke Sine," akuinya.
Meski JLS Brumbun-Sine kelak merupakan aspal mulus, dirinya berharap akses jalan sirip masuk ke wilayahnya diperbaiki. Selain terjal, juga curam untuk dilewati sangat menyulitkan.
Ya dari warga ingin akses jalan sirip itu rusak. Terakhir diperbaiki sudah lama, harapannya supaya enak untuk lewat," tandasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tulungagung, Dwi Hari Subagyo menjelaskan bahwa update JLS sebenarnya kewenangan dari Balai Besar wilayah Jalan Jawa Timur.
Dalam hal ini mewakili Kementerian PUPR untuk di Kabupaten Tulungagung itu tinggal sekitar 16 kilometer kalau tidak salah itu terbagi log 1 a dan lot 1B
"Insyaallah kalau sesuai kontrak yang in itu Bulan Juli 2025 itu sudah selesai," beber Dwi Hari Subagyo ditemui usai Apel Bersama di Halaman Pemkab Tulungagung bersama Bupati Gatut Sunu Wibowo, Senin, 3 Maret 2025.
Ia memaparkan, JLS yang ada di Tulungagung ada sepanjang 54 kilometer. Total sepanjang wilayah Kabupaten Tulungagung mulai dari perbatasan Blitar sampai Kabupaten Trenggalek terbagi dari beberapa lot pengerjaan.
"Tetapi yang kurang tinggal Lot 1A 1B. Kalau pembebasan lahan sudah selesai kita, kalau Tulungagung pembebasan lahan sudah clear tidak ada masalah.
Bila dibanding Trenggalek, Tulungagung terlebih dahulu selesai karena sudah clear soal pembebasan lahan. Sudah tidak ada masalah, tinggal pembangunan tersebut berjalan.
Ia mengaku mungkin permasalahan yang akan dihadapi berkaitan keberadaan JLS itu sendiri. Yaitu PUPR akan memikirkan jalan sirip yang mengarah ke JLS perlu peningkatan.
Kalau dari segi kontur tanah, Dwi Hari mengaku kemarin dari pengalaman beberapa dari pihak Kementerian PU sudah melakukan uji tes tanah.
Ada beberapa perubahan trase, karena di situ ada patahan sehingga dihindari. Akhirnya berdampak kepada sanksi dari Kementerian Lingkungan Hidup. Namun, beliau pastikan itu sudah selesai tahun kemarin.
"Itu kemarin 2022-2023 tapi ini sudah selesai," bebernya.
Lain lagi untuk akses jalan ke objek pariwisata yang berada di sepanjang JLS, PUPR Tulungagung masih akan mengidentifikasi jalan-jalan tersebut.
Dengan adanya rekofusing, Dwi Hari mengatakan akan sesuai dan sejalan apa yang menjadi prioritas Bupati Tulungagung sesuai Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) Pemkab Tulungagung.
"Sesuai RPJM kita lakukan, terutama di kawasan wisata, sentra pertanian untuk mendukung makan bergizi gratis memang kita prioritas di situ," tutupnya.
Pengamatan VIVA Jatim di lokasi, pada hari Minggu, 2 Maret 2025, lalu lalang kendaraan berat berisi pasir dan batu —sirtu orang Tulungagung menyebutnya— terus dikebut.
Sayangnya belum diperbolehkan untuk masuk. Hanya warga sekitar yang bisa melintas. Seperti pencarian rumput, berjualan hingga berladang.
Sementara, melalui sambungan telepon, PPK 2.6 Pansela 1 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali Kementerian PU, I Made Budiana menerangkan progres pembangunan JLS Lot 1 A di Minggu ke-72 rencana 66,19 persen realisasinya 68, persen.
Kemudian di JLS Lot 1B pada Minggu ke-71 rencananya 57,98 persen realisasi 82,71 persen. Sebelumnya, pekerjaan ditargetkan pada liburan lebaran selesai. Akan tetapi, gegara hujan dan cuaca ekstrem membuat mundur dari target internal.
"Kita kemarin bicaranya sebelum cuaca ekstrem. Sehingga target kami di lebaran mungkin kalau aspal sepanjang 3 km di 1A mungkin kami bisa aspal," ujar I Made Budiana.
Budi menambahkan, sisa segmen 2 akan dilakukan pengerasan saja. Lalu, di 1B kondisi teraspal kurang lebih kurang lebih hampir 3 km dan, sisa 800 meter.
"Mudah-mudahan akhir Maret 2025 galian 1A dan 1B selesai. Sehingga selesai terlaksana sudah tembus, kalau dipakai melintas oleh masyarakat kondisinya bisa aman walaupun sebagian belum teraspal bisa. Akses penduduk sekitar ketika bersilaturahmi ke keluarga terdekat," imbuhnya.
Disinggung tuntutan dari Pemkab Tulungagung memang harus fungsional, atau opsional, Budi menerangkan secara target kontrak tidak ada. Pasalnya, karena sesuai kontrak masih jauh, yaitu 17 Oktober 2025.
Namun, secara internal pihaknya berupaya sebagai bagian dari ibadah untuk mempermudah akses masyarakat sekitar. Sehingga secara internal bisa fungsional di akhir bulan.
"Secara target kontrak tidak ada karena 17 Oktober 2025 tapi secara internal kita beribadah, kami berupaya memenuhi akhir bulan (Maret) ini," ulasnya.
Budi menerangkan kendala yang dihadapi selama proses pengerjaan oleh PT Hutama Karya adalah cuaca. Sebab daerah selatan Tulungagung memiliki curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem.
Ditambah masa bercocok tanam, sehingga berupaya saat hujan harus mengikuti kearifan lokal. Sehingga ada hujan kami tidak bisa masuk ke lokasi galian.
"Kita baru optimal melakukan pengerjaan 15 Februari 2025. Setelah itu hujan tipis-tipis dan sampai sekarang lebih leluasa panjang dalam pengerjaan," akuinya.
Proyek JLS juga adalah proyek Kementerian PUPR bekerjasama dengan Islamic Development Bank (IDB). Pembangunan JLS guna memperlancar arus perekonomian barang dan jasa.
"Sekaligus meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pariwisata di daerah Kabupaten Tulungagung," tutupnya.