Gus Yahya Sebut Misi Halaqah Fiqih Peradaban Lebih Penting dari Isu Terorisme-Radikalisme

- Madchan Jazuli/ Jatim Viva
Jatim –Serial halaqah fiqih peradaban yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) di beberapa ratus titik memiliki misi besar yang lebih penting dari pembahasan tentang Terorisme dan Radikalisme.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Sabtu 21 Januari 2023.
Pihaknya juga mengaku masih banyak orang berpikir bahwa isu radikalisme dan terorisme ini adalah masalah yang baru-baru ini saja yang dialami.
Menurutnya, masalah radikalisme dan terorisme bukan masalah baru bagi Indonesia. Pasalnya, masalah terorisme sudah sejak lama pasca merdeka berhadapan dengan Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia.
"Nah kalau kita pikirkan dengan lebih teliti dan lebih jujur, sebetulnya memang ada ketegangan antara realitas kehidupan sekarang kita alami dengan wawasan keagamaan yang kita miliki selama ini," terang Pengasuh di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah ini.
Gus Yahya menambahkan bahwa selama ini di negara Indonesia mapun internasional belum kunjung menemukan jalan keluar dan menyelesaikan masalah secara tuntas yang sungguh-sungguh. Belakangan ini, cukup disibukkan dengan pembicaraan tentang radikalisme dan terorisme.
Beliau bercanda perihal dari kecil ngaji kitab isinya disuruh perang, tetapi tidak berani perang. Akhirnya kita nyari nyari alasan bagaimana kita boleh tidak perang, tetapi kita tidak kunjung menemukan alasan yang sungguh-sungguh bisa kita jadikan pegangan yang mu'tamad.
Gus Yahya melanjutkan, wacana Islam yang moderat ini terlalu mengambang. Karena, berbicara tentang Islam sebagai agama yang menyuarakan perdamaian, sedari dulu Islam menyerukan rahmah dan sebagainya.
"Supaya kita ini menjalani hidup untuk membangun perdamaian ini jelas landasannya syar'iyyah, bukan hanya seruan-seruan normatif yang abstrak. Tetapi jelas-jelas ada wawasan yang didasarkan pada pandangan syar'iyyah yang jelas, pandangan fiqih yang jelas tentang ini," ungkap KH Yahya Cholil Staquf.
Alumnus Jurusan Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada ini menggaris bawahi bila sebetulnya kecenderungan terlibat dalam konflik melawan kelompok manapun yang dianggap berbeda itu bukan khas Islam.
Karena menurut Gus Yahya, kelompok yang terlibat konflik adalah memiliki kecenderungan yang umum merata di semua sektor. Khususnya semua kelompok agama, tidak hanya islam melainkan juga agama lain juga mengalami hal serupa.
"Kalau Islam ini memandang kafir sebagai musuh, sama-sama agama lain juga memandang yang bukan pemeluknya sebagai musuh. Ambil contoh di Islam ada perang antara Syiah dan Sunni, kalau di dalam Kristen ada perang Katolik-Protestan melawan Anglikan dan sebagainya," tutupnya.
Diketahui puncak perhelatan halaqah fiqih peradaban akan berakhir pada 6 Februari 2023 mendatang. Seluruh perwakilan ulama internasional mencari jalan keluar terhadap ketegangan yang pernah terjadi.