BPBD Ungkap Misteri Penemuan Gunung Bawah Laut di Pacitan
- Istimewa
Dengan logika dasar itu, Erwin memastikan tidak ada kaitan antara keberadaan gunung bawah laut itu dengan aktivitas kegempaan yang kerap terjadi dan dirasakan di wilayah Pacitan.
Erwin mengaku juga sudah berkoordinasi dengan pejabat/petugas di BIG yang khusus menangani masalah pergunungan.
Dan dari hasil diskusi via telepon saat itu, Erwin berkesimpulan bahwa terbentuknya gunung bawah laut di barat daya Kabupaten Pacitan itu terbentuk akibat tumbukan dua lempeng bumi yang terjadi sejak berjuta tahun lalu.
"Gunung itu terbentuk karena aktivitas lipatan lempeng. Sama seperti Gunung Jaya Wijaya, Gunung Everest. Everest itu kalau dilihat dari sejarahnya itu dulu lautan, sekarang menjadi gunung tertinggi di dunia. Jadi sama saja, bahwa itu terbentuk karena proses alam lipatan yang terjadi sejak berjuta-juta tahun lalu, sehingga terbentuklah gunung seperti itu," paparnya.
Terkait ancaman dampak keberadaan gunung bawah laut di perairan Pacitan, Erwin mengatakan itu sebagai problematika tersendiri. Pasalnya, sampai saat ini ia menyebut belum ada teknologi yang bisa memantau aktivitas vulkanologi sedalam lebih dari 500 meter di bawah permukaan laut.
"Itu menjadi kesulitan tersendiri. Jadi tidak bisa dipantau aktivitas vulkanologinya. (sampai saat ini) yang bisa itu seperti gunung di Sulawesi Utara, itupun tidak bisa maksimal. Karena alat tidak bisa berfungsi sempurna. Hanya di Sulawesi Utara itu aktivitas vulkanologi (bawah laut) bisa diidentifikasi dari peningkatan gelembung di seputaran gunung serta fenomena kematian ikan dalam jumlah masif," katanya.
Untuk itu, Erwin sekali lagi mengimbau warga untuk tidak resah apalagi panik berlebihan. Sebab menurut dia, dalam sejarah kevulkanologian di Indonesia maupun di dunia, tidak pernah ada (aktivitas vulkanologi) gunung berapi yang bisa mengakibatkan gempa bumi yang memicu tsunami kecuali di Tonga, sekitaran Kepulauan Fiji.