BPK XI Jatim Lakukan Ekskavasi Lanjutan Situs Bhre Kahuripan, Diharapkan Ungkap Tata Ruang
- M. Lutfi Hermansyah/Viva Jatim
Mojokerto, VIVA Jatim- Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) XI Wilayah Jatim melakukan ekskavasi lanjutan situs Bhre Kahurupin di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Mojokerto.
Kesibukan terasa di lapangan Desa Klinterojo sejak dimulai ekskavasi tahap 6 pada Senin, 17 Juli 2023 lalu. Di tengah terik matahari sejumlah orang melalukan penggalian tanah. Disaat yang sama beberapa orang sibuk memindahkan tanah galian menggunakan ember.
Juga nampak anggota tim arkeologi BPK IX Jatim sibuk mencatat tatanan batu yang baru tesingkap dari balik tanah. Eskavasi ini akan berakhir 16 Agustus 2023.
Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan Muhammad Ichwan mengungkapkan, ekskavasi lanjutan tahun 2022 ini dilakukan di tiga dengan total luas lahan 870 meter persegi. pertama di bagian barat lapangan milik Desa Klinterejo sampai kebun tebu di selatannya. Di titik ini, ekskavasi ditargetkan menemukan pagar kedua yang membentang dari utara ke selatan.
Titik kedua di kebun tebu sebelah selatan balai tani Desa Klinterejo. Tim ekskavasi bakal mencari sambungan pagar pertama yang sudah ditemukan di sebelah utara balai tani. Struktur pagar ini juga membentang dari utara ke selatan.
Sedangkan titik ketiga di sebelah barat balai tani yang disebut Situs Klinterejo. Penggalian di titik ini untuk menampakkan seluruh struktur unik berdenah bujur sangkar seluas 17 x 17 meter persegi. Setiap sisinya terdapat struktur berbentuk segitiga sama sisi berukuran 5 meter.
Hingga hari ke 4, ekskavasi masih difokuskan di titik lapangan. Sejauh ini arkeolog menemukan struktur bangunan yang diduga kuat merupakan pagar dari bangunan utama.
"Stuktur ditemukan di kedalaman 50 cm dan ada yang 30 cm," katanya kepada Vivajatim, Jumat , 21 Juli 2023.
Selain itu, arkeolog juga menemukan beberapa batu bata putih diatas struktur diduga pagar. Namun, Ichwan belum bisa memastikan dua batu bata putih tersebut berfungsi untuk apa. Apakah masih ada kaitannya dengan pagar atau memiliki fungsi lain.
Menurut dia, struktur kuno dengan bahan batu banyak dijumpai di daerah Lamongan dan Gresik. Seperti Situs Patakan dan gapura pemakaman islam layaknya di Makam sunan Giri dan Sunan Drajat.
"Belum bisa diketahui karena yang ketemu baru dua ya, secara kontek dan komponen apa belum bisa disimpulkan. Kalau melihat polanya intag, kami masih pendalaman lebih lanjut," tandas Ichwan.
Di lokasi ini terbagi dua situs, Situs Klinterejo disisi barat dan Situs Bhre Kahuripan atau bisa disebut Situs Watu Ombo disisi timur. Keduanya meruapakan satu kesatuan dalam area kompleks bangunan suci pada era Raja Hayum Wuruk.
Ada sejumlah indikasi yang menguatkan hipotesis tersebut. Struktur yang diduga kuat saling berhubungan itu di antaranya di sekitar lapangan desa dan pendopo tani. Meski dipisah jalan desa, tatanan struktur bata kuno tersebut memiliki karakteristik yang sama.
Ichawan menduga, kedua situs ini ada di dalam satu area yang diduga dikelilingi pagar. Walaupun pihaknya masih belum semuanya bisa ditampakkan. Sementara, di dalam area pagar, arkeolog BPK Wilayah IX Jatim ini menduga merupakan sebuah permukiman elit. Hal itu dibuktikan dengan temuan sejumlah pecahan geteng di beberapa titik.
"Mungkin di sini kompleks permukiman elit yang dilengkapi fasilitas keagamaan dengan pola keruangan tertentu yang dibatasi pagar-pagar. Inilah kami cari pagar-pagar itu, bentuk pola ruangnya seperti apa, di dalamnya ada apa saja," ungkapnya.
Layaknya kompleks bangunan suci pada umumnya, Situs Bhre Kahuripan yang terletak di sisi timur , memiliki bangunan pendukung lainnya yang didirikan hingga ke sisi barat area. Mulai dari lapangan desa hingga di area kebun tebu yang diyakini sebagai struktur pagar keliling di ujung barat situs.
Di Situs Bhre Kahuripan terdapat batu yoni dengan panjang 191 cm, lebar 184 cm dan tinggi 121 cm. Sala satu sisi yoni tersebut terdapat cerat yang disangga oleh pahatan bermotif naga. Badan yoni dihiasi dengan pahatan yang sangat raya, seperti pada bagian pelipit, berhias pola geometris, sulur dan daun-daun lotus.
Salah satu sisi yoni terdapat bingkai kecil berisi pahatan angka Jawa kuno 1294Ç (1372 M). Tahun ini cocok dengan tahun wafatnya ibunda Raja Hayam Wuruk, Tribhuwanatunggadewi atau Bhre Kahuripan yang termuat dalam Kitab Pararaton.
Dalam kitab ini juga disebutkan lokasi pendharmaan dari Tribhuwanatunggadewi (Bhre Kahuripan) yaitu di Panggih. Pada masa sekarang ini, daerah dengan nama Penggih merupakan sebuah desa yang terletak di sebelah barat Desa Klinterejo. Diperkirakan pada masa lampau lokasi Situs Bhre Kahuripan juga masuk ke dalam wilayah administratif Panggih.
Namun, belum bisa dipastikan apakah candi ini untuk mendarmakan Tribhuwana atau raja lain. Tribhuwana menjabat ratu 1328 masehi sampai turun tahta tahun 1350 masehi digantikan putranya, Hayam Wuruk.
Sementara, pada ekskavasi tahap 5 pada tahun 2022, arkelolog menemukan struktur berbentuk menyerupai lambang Surya Majapahit di Situs Klinterejo. Struktur persegi delapan itu mengelilingi bagian tengah atau cungkup situs.
Struktur tersebut memiliki ketebalan sekitar tiga lapis bata kuno diatas permukaan tanah. Berpola bujur sangkar, luas struktur yang sebagian masih intak itu mencapai 17x17 meter.Namun, fungsi struktur tersebut masih belum diketahui.