Jalin Komitmen Perdagangan dengan Jatim, Rusia Tertarik Kirim Produk Perusahaan Indonesia

Rusia Jalin Komitmen Perdagangan dengan Jatim
Sumber :
  • Nur Faishal/ Viva Jatim

Mendengar keinginan Rusia, Prof. Tomy Kaihatu menyambut baik dan mempersilahkan kepada pelaku usaha untuk menangkap kesempatan yang baik ini. 

"Ini adalah peluang yang cukup besar karena ini langsung dari pemerintah Rusia. Kita semua tahu bahwa Rusia adalah negara yang sentralistik. Kalau pemerintah sudah bilang A, maka semuanya wajib ikut. Dalam situasi perdagangan dunia saat ini, dimana ada beberapa negara enggan berdagang dengan Rusia, sehingga Rusia mencari alternatif, salah satunya dengan Indonesia," ujarnya. 

Terlebih selama ini neraca perdagangan Jatim dengan Rusia selama kurun waktu 2018 hingga 2022 nilainya selalu defisit. Pada tahun 2021, devisit sebesar US$ 182,30 juta, dengan perincian ekspor Jatim ke Rusia mencapai USS$128,08 juta dan impor Jatim dari Rusia mencapai US$ 310,38 juta. Di tahun 2022, neraca perdagangan kembali devisit sebesar US$ 524,88 juta, dengan perincian ekspor Jatim dari Rusia sebesar US$ 310,38 juta sementara impor Jatim dari Rusia sebesar US$ 635,50 juta.

"Selama periode 2018 hingga 2022 ekspor Jawa Timur ke Rusia nilainya fluktuatif dengan trend pertumbuhan rata-rata 9,38% per tahun. Adapun sharenya terhadap total ekspor Jawa Timur masih sangat kecil,  rata-rata per tahunnya mencapai 0,62%," ungkap Tomy.

Sehingga untuk komoditas dari Jatim yang selama ini tidak diekspor ke Rusia, bisa diekspor semua. Karena menurut Tomy, sebenarnya Rusia selama ini lebih fokus pada impor barang dari Rusia ke Indonesia. 

"Sekarang tidak, mereka juga mencari suplai dari Indonesia. Ini kan potensi paling besar. Kami akan berusaha menindaklanjuti dengan melihat listing produk yang dibutuhan Rusia yang dulunya mungkin diimpor dari negara lain dan sekarang tidak," ujar Prof. Tomy.

Sementara itu, Direktur Cipendel Center Cahaya, Jiro Dwiputra mengaku sangat senang dengan pertemuan ini karena mereka mendapatkan kesempatan untuk bisa mengembangkan penjualan mereka ke Rusia. Terlebih Rusia juga mengatakan sangat membutuhkan produk mebel dari rotan.