Analisa Kriminolog soal Misteri Kasus Mutilasi di Sidoarjo dan Jombang

Pakar Kriminolog, Otto Yudianto
Sumber :
  • Mokhamad Dofir/Viva Jatim

"Makanya polisi seringkali melihat kegiatan-kegiatan terakhir korban itu apa. Memeriksa CCTV itu menjadi penting," lanjut Otto.

Praktisi kelahiran Jember ini melanjutkan, sosok pelaku pembunuhan disertai mutilasi kebanyakan pelakunya orang terdekat korban atau setidaknya antara korban dengan pelaku saling mengenal. Berbeda dengan kasus pembunuhan biasa, yang kadang dilakukan oleh orang asing dalam kehidupan korban.

Seperti kasus pencurian misalnya. Otto bilang, pelaku awalnya tidak mengenal korban. Bisa menusuk korban hingga tewas lalu mengambil barang berharga dan kabur begitu saja. Sedang kasus mutilasi kerap bermotif asmara atau urusan lain yang dilandasi perasaan sakit hati alias dendam kesumat.

"Kalau saya lihat kecenderungannya bukan karena faktor ekonomi meski ada pengaruhnya. Biasanya itu masalah pribadi, bisa begitu. Misalnya pacaran tidak mau bertanggung jawab, bisa seperti itu. Atau misalnya kemudian ada wanita hubungan diluar perkawinan minta pertanggungjawaban, padahal dia sudah berkeluarga. Nah saya rasa takut seperti itu, tapi masalah ekonomi juga bisa. Biasanya terus dilanjutkan motif ekonomi setelah melakukan itu ambil barang-barangnya dan sebagainya," beber Otto.

Namun tujuan utama dari pelaku memutilasi korban selain sebagai bentuk kekesalan, Otto menyampaikan adalah untuk mengaburkan proses pengungkapan kasus. Pelaku berusaha menghilangkan jejak, menutupi aksi kejahatan yang telah dilakukan dari endusan polisi. Merasa setelah memotong-motong korban, identitasnya tidak bakal terungkap, ingin lepas dari jeratan hukum.

Dan pelaku yang melakukan kejahatan sadis ini dikatakannya, cenderung memiliki kejiwaan berbeda dari orang-orang normal.

"Kan orang nggak gampang untuk memutilasi orang lain kan nggak mudah, kalau bunuh kan tinggal nusuk dan sebagainya, nembak dan sebagainya. Tapi ini kan dipotong-potong, nah ketika melakukannya itu sebetulnya kalau orang ini normal-normal saja cara psikologisnya normal ada perasaan takut untuk melakukan itu. Jadi kasus mutilasi ini, saya nggak tahu ya dari aspek psikologi, itu punya kejiwaan yang beda dengan orang biasa dengan pembunuhan-pembunuhan orang biasa itu berbeda," tutupnya.