Analisa Kriminolog soal Misteri Kasus Mutilasi di Sidoarjo dan Jombang
- Mokhamad Dofir/Viva Jatim
Surabaya, VIVA Jatim – Kasus pembunuhan disertai mutilasi yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo dan Jombang masih menjadi misteri dan tak kunjung terungkap. Jangankan menangkap pelaku, mengungkap identitas korban saja polisi sampai detik ini belum juga berhasil.
Menurut Pakar Kriminolog Doktor Otto Yudianto, upaya mengungkap identitas korban mutilasi tak semudah seperti pada kasus pembunuhan biasa. Sebab sidik jari warga tak semua terekam di Laboratorium Kriminal.
Tak bisa pula disamakan dengan upaya seperti mencari identitas korban kecelakaan. Cuma berbekal potongan tubuh, polisi dengan mudah menemukan identitas korban.
Lebih mudah menemukan identitas korban kecelakaan karena petugas dibantu data manifest penumpang. Sedangkan korban mutilasi, terjadi di ruang penyelidikan yang sangat luas. Lokasi penemuan jasad termutilasi belum tentu menjadi tempat pembunuhan itu dilakukan.
Oleh karenanya, Dosen Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Surabaya ini mengatakan, polisi biasanya membuka Posko kehilangan untuk mempercepat identifikasi.
"Siapa yang kehilangan (keluarga), itu nanti akan dicocokkan dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid). Kalau nggak ada yang lapor kehilangan kan susah," ujar Otto kepada Viva Jatim, Jumat, 11 Agustus 2023.
Kemudian ketika polisi sudah mengantongi identitas korban, usaha menemukan pelaku juga tidak gampang. Polisi seringkali masih kesulitan untuk membuat terang benderang kasus mutilasi. Perlu kerja keras menelusuri aktivitas korban di menit-menit terakhir sebelum ditemukan tewas.
"Makanya polisi seringkali melihat kegiatan-kegiatan terakhir korban itu apa. Memeriksa CCTV itu menjadi penting," lanjut Otto.
Praktisi kelahiran Jember ini melanjutkan, sosok pelaku pembunuhan disertai mutilasi kebanyakan pelakunya orang terdekat korban atau setidaknya antara korban dengan pelaku saling mengenal. Berbeda dengan kasus pembunuhan biasa, yang kadang dilakukan oleh orang asing dalam kehidupan korban.
Seperti kasus pencurian misalnya. Otto bilang, pelaku awalnya tidak mengenal korban. Bisa menusuk korban hingga tewas lalu mengambil barang berharga dan kabur begitu saja. Sedang kasus mutilasi kerap bermotif asmara atau urusan lain yang dilandasi perasaan sakit hati alias dendam kesumat.
"Kalau saya lihat kecenderungannya bukan karena faktor ekonomi meski ada pengaruhnya. Biasanya itu masalah pribadi, bisa begitu. Misalnya pacaran tidak mau bertanggung jawab, bisa seperti itu. Atau misalnya kemudian ada wanita hubungan diluar perkawinan minta pertanggungjawaban, padahal dia sudah berkeluarga. Nah saya rasa takut seperti itu, tapi masalah ekonomi juga bisa. Biasanya terus dilanjutkan motif ekonomi setelah melakukan itu ambil barang-barangnya dan sebagainya," beber Otto.
Namun tujuan utama dari pelaku memutilasi korban selain sebagai bentuk kekesalan, Otto menyampaikan adalah untuk mengaburkan proses pengungkapan kasus. Pelaku berusaha menghilangkan jejak, menutupi aksi kejahatan yang telah dilakukan dari endusan polisi. Merasa setelah memotong-motong korban, identitasnya tidak bakal terungkap, ingin lepas dari jeratan hukum.
Dan pelaku yang melakukan kejahatan sadis ini dikatakannya, cenderung memiliki kejiwaan berbeda dari orang-orang normal.
"Kan orang nggak gampang untuk memutilasi orang lain kan nggak mudah, kalau bunuh kan tinggal nusuk dan sebagainya, nembak dan sebagainya. Tapi ini kan dipotong-potong, nah ketika melakukannya itu sebetulnya kalau orang ini normal-normal saja cara psikologisnya normal ada perasaan takut untuk melakukan itu. Jadi kasus mutilasi ini, saya nggak tahu ya dari aspek psikologi, itu punya kejiwaan yang beda dengan orang biasa dengan pembunuhan-pembunuhan orang biasa itu berbeda," tutupnya.
Seperti diketahui, kasus penemuan potongan tubuh manusia yang terbungkus kantong plastik hijau hingga kini jadi misteri. Hampir dua bulan berlalu, Kepolisian Resor Kota Sidoarjo belum juga berhasil mengungkap. Bahkan, identitas korban juga belum terkuak.
Kasus itu berawal ketika warga menemukan kantong plastik berwarna hijau yang menguarkan bau menyengat di sebuah sungai kecil di bawah Jembatan Trosobo, Desa Bringinbendo, Kecamatan Taman, Sabtu, 10 Juni 2023.
Saat dibuka, ternyata kantong plastik hijau itu berisi tubuh manusia tanpa kaki dan tangan. Dua hari kemudian, 12 Juni 2023, potongan tubuh manusia bagian tangan dan kaki juga ditemukan di kawasan Kenpark Surabaya, Kecamatan Kenjeran. Potongan tubuh itu juga terbungkus kantong plastik hijau.
Belum juga terkuak mutilasi Sidoarjo, masyarakat Jatim kembali digegerkan penemuan potongan tubuh manusia di Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Potongan mayat itu ditemukan pertama kali oleh pencari ikan di saluran irigasi tepi jalan pada Jumat, 4 Agustus 2023 sekitar pukul 21.00 WIB.
Saat ditemukan, kondisi tubuh mengenaskan dan tak mudah dikenali. Kepolisian setempat menduga kuat potongan tubuh itu adalah korban pembunuhan dengan cara dimutilasi. Hingga kini polisi masih melakukan penyelidikan.