Cerita Perajin Tusuk Sate di Mojokerto Puluhan Tahun Eksis Meski Pendapatan Minim
- Viva Jatim/Luthfi
Mojokerto, VIVA Jatim – Perajin tusuk sate di Mojokerto banyak yang eksis berpuluh-puluh tahun. Mereka tetap bertahan meski pendapatan minim.
Salah satunya Tumiarsih (63), perajin tusuk sate atau sujen di Dusun/Desa Tangunan, Kecamatan Puri, Mojokerto. Ia menggeluti usaha tusuk sate sejak tahun 1985.
Meski uang yang dihasilkan tidak terlalu banyak, tetapi cukup untuk menambah penghasilan guna keperluan rumah tangga.
Ia menuturkan, usaha produksi sujen ini diawali karena ada permintaan dari warung sate milik tetangganya sendiri, Kasiamah. Kini, warung sate Kasiamah diwariskan ke putrinya bernama Ulfa.
“Awalnya memang daripada tidak ada kerjaan. Dulu Bu Kaji Kasiamah pesan banyak, 3000 biji per minggu buat tusuk sate kambing. Sekarang Bu Kaji Ulfa pesanannya mulai berkurang,” tandasnya saat ditemui di kediamannya, Selasa, 3 Juni 2025.
Ada dua jenis sujen sate yang dibuat Tumiarsih. Yakni, sujen sate ayam dan kambing. Nenek 6 cucu ini memproduksi sujen dengan cara tradisional. Proses pembuatannya dimulai dari pemilihan bambu, pemotongan, hingga penghalusan. Tusuk sate untuk ayam dibuat dengan spanjang 22 cm. Sedangkan sate kambing 18 cm.
Baru tahun 2000-an ia menggunakan alat serut yang dirakit sendiri. Sehari-hari ia merampungkan pesanan seorang diri. Terkadang dibantu sang suami, Tamsir (68), jika libur sedang libur kerja sebagai tukang pecah batu.