Kurban Jadi Sarana Pemenuhan Gizi Nasional, Bukan Sekadar Ibadah Tahunan
- Humas Pemprov Jatim
Surabaya, VIVA Jatim – Dalam ajaran Islam, kurban adalah ibadah Sunnah yang dianjurkan bagi kalangan mampu. Dilakukan setiap tanggal 10 Dzulhijjah atau Idul Adha dan tiga hari setelahnya, yakni Hari Tasyrik. Menyembelih hewan ternak sapi, kambing maupun domba untuk dibagikan kepada fakir miskin.
Sebagai sebuah ibadah, kurban tidak hanya memiliki nilai spiritualitas yang tinggi. Lebih dari itu, kurban juga sarat dengan kepedulian sosial. Termasuk bisa menjadi sarana pemenuhan gizi nasional yang tengah digenjot pemerintah.
Selain untuk menunaikan ibadah, ritual ini juga dapat menjadi sarana berbagi terhadap sesama dan berpeluang memeratakan peningkatan gizi bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sayangnya, momentum sukacita tersebut tak dirasakan oleh penduduk Indonesia dengan merata. Beberapa daerah di Indonesia justru mengalami defisit daging kurban. Hal ini disebabkan kemiskinan dan distribusi daging yang tidak merata.
Dikutip dari VIVA, Jumat, 6 Juni 2025, Haryo Mojopahit, peneliti sekaligus Direktur Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), menyampaikan bahwa penyebab defisit daging kurban pada daerah memiliki karakteristik tertentu.
Di Pulau Jawa sendiri, penyebab utamanya defisit daging adalah kemiskinan yang tinggi, sehingga para penduduk tak mampu berkurban. Berbeda dengan daerah luar Pulau Jawa yang cenderung disebabkan oleh kondisi geografi, yakni terisolasi dan tertinggal sehingga sulit untuk diakses.
Hasil penelitian IDEAS menunjukkan kawasan seperti Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara dan Demak di Jawa Tengah mengalami defisit daging kurban hingga 2.623 Ton pada 2024 lalu. Kawasan Pulau Madura, Jawa Timur, menyentuh angka defisit sebanyak 2.484 Ton. Kemudian Jombang, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Mojokerto, dan Kediri di Jawa Timur, menyentuh angka defisit sebanyak 1.849 Ton.