Tanean Lanjhang: Filosofi Hidup Orang Madura yang kian Tergerus Zaman
- Istimewa
Sumenep, VIVA Jatim – Di balik kesan tegas dan berani yang sering dilekatkan pada orang Madura, tersembunyi sebuah sistem sosial yang sarat makna dan kearifan lokal: tanean lanjhang. Istilah ini bukan sekadar merujuk pada tata letak permukiman keluarga, tetapi mencerminkan pola relasi sosial, spiritualitas, hingga pandangan hidup masyarakat Madura.
Dalam bahasa Madura, tanean berarti pekarangan atau halaman rumah, sedangkan lanjhang berarti panjang. Maka secara harfiah, tanean lanjhang berarti halaman panjang—yaitu kompleks rumah keluarga besar yang dibangun memanjang dari utara ke selatan, dipimpin oleh seorang kiai atau tokoh sepuh keluarga.
Biasanya, rumah-rumah ini ditempati oleh anak-anak dan menantu yang telah menikah, sehingga membentuk satu komunitas kecil yang masih memiliki ikatan darah dan nilai-nilai bersama.
Struktur Sosial yang Sarat Makna
”Tanean lanjhang adalah miniatur masyarakat Madura,” ujar Dr. Achmad Zaini, peneliti budaya Madura dari Universitas Trunojoyo Madura, dalam tulisannya di Jurnal Kebudayaan Madura (2020).
Menurutnya, di dalam tanean lanjhang, terlihat nilai-nilai penting masyarakat Madura: seperti hormat kepada orang tua, solidaritas antar saudara, serta peran sentral tokoh agama atau kiai dalam membimbing keluarga.
Setiap rumah biasanya memiliki fungsi dan peran. Rumah paling utara biasanya ditempati oleh orang tua atau anak sulung yang dianggap sebagai penerus tanggung jawab.