Korban Tewas Insiden Kanjuruhan Bertambah Jadi 129 Orang
- Lucky/viva.co.id
Jatim – Insiden kerusuhan usai laga Persebaya Surabaya versus Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, memakan korban jiwa ratusan orang, dua di antaranya dari pihak Kepolisian RI. Data sementara dari pihak kepolisian, total korban tewas kini sebanyak 129 orang, bertambah dari sebelumnya 127 orang.
"129 korban dinyatakan meninggal dunia," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Malang, Minggu, 2 Oktober 2022.
Di luar data resmi dari kepolisian, beredar pula informasi bahwa jumlah korban jiwa bertambah menjadi 153 orang. Namun, pihak kepolisian belum membenarkan ketika ditanya soal sebaran data tersebut. “[Jumlah korban] 129 orang,” tegas Kepala Polda Jatim Irjen Pol Nico Afinta.
Insiden Kanjuruhan memancing perhatian publik di Indonesia, bahkan jagat sepak bola dunia. Di Twitter, insiden tersebut menjadi trending topik. Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sudah berada di Malang untuk menangani dampak insiden maut tersebut.
Bahkan, Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Menko PMK Muhajir Effendy dikabarkan dalam perjalanan menuju Malang, memimpin langsung penanganan dampak insiden terburuk dalam sejarah sepak bola Tanah Air tersebut.
Sebelumnya, Kepala Polda Jatim Irjen Pol Nico Afinta mengatakan bahwa jumlah korban insiden Kanjuruhan sebanyak 127 orang, dua di antaranya dari pihak Kepolisian RI. Sebanyak 180 orang lainnya masih dalam perawatan di sejumlah rumah sakit setempat.
Dia menjelaskan, insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan bermula ketika laga antara Persebaya kontra Arema FC berakhir dengan skor 3-2 untuk Persebaya. Karena jagoannya kalah, suporter kemudian turun dan merangsek masuk ke dalam lapangan untuk meluapkan kekecewaan dan mengejar pemain dan official Arema FC. Tim Persebaya Surabaya buru-buru dievakuasi petugas dengan kendaraan taktis.
Massa semakin anarkis sehingga menyebabkan dua petugas kepolisian meninggal dunia. Kemudian petugas melakukan tembakan gas air mata ke arah massa. Nah, saat itulah massa panik dan mundur hingga terjadi penumpukan orang, sehingga banyak yang pingsan dan terinjak-injak.
"Mereka pergi keluar ke satu titik di pintu keluar, kalau enggak salah itu pintu 10 atau pintu 12. Kemudian terjadi penumpukan, di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen, yang oleh tim medis dan tim pergabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion," ujar Kapolda Nico.