Arah Suara Warga NU setelah Cak Imin Tinggalkan Prabowo

Prabowo dan Cak Imin di Kertanegara
Sumber :
  • Viva.co.id

Surabaya, VIVA Jatim – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menerima pinangan Partai NasDem untuk bekerja sama mengusung Anies Baswedan dan A Muhaimin Iskandar (Anies-Cak Imin) maju di Pilpres 2024. Keputusan itu diambil PKB setelah lebih dari satu tahun berkoalisi dengan Partai Gerindra dan sempat sepakat mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Keputusan PKB itu dinilai akan berpengaruh pada tingkat keterpilihan Prabowo di lingkungan warga NU atau Nahdliyin.

Surat Edaran Dukungan Prabowo Subianto terhadap RK-Suswono Beredar

Setidaknya ada dua pendapat terkait itu. Pertama, keputusan PKB itu akan mengalihkan arah suara warga NU dari Prabowo ke Anies. Alasannya, sejarah PKB berhubungan erat dengan perjalanan NU. Kedua, keputusan PKB tersebut tidak akan berpengaruh secara signifikan pada arah suara Nahdliyin terhadap Prabowo. Alasannya, hingga saat ini PKB dinilai belum mampu menggaet suara mayoritas Nahdliyin.

Pendapat pertama disampaikan oleh pakar politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Syaeful Bahar. “Gerindra harus menghitung dengan cermat untuk mencari dukungan dari Nahdliyin. Karena bagaimana pun, battle ground pilpres adalah Jatim. Artinya itu kantong NU dan PKB. Tanpa NU dan tanpa PKB, agak berat Prabowo bisa menang,” katanya kepada VIVA Jatim, Sabtu, 2 September 2023.

Menjembatani Perbedaan, Luluk Bentuk DPW BERANI Jawa Timur

Wakil Dekan III FISIP itu menjelaskan, berdasarkan hasil survei beberapa lembaga hingga beberapa pekan terakhir, elektabilitas Prabowo berada di puncak mengalahkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Menurut Bahar, itu tidak terlepas dari keberadaan PKB dan Cak Imin yang saat itu masih bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang dibangun oleh PKB dan Gerindra.

Karena itu, Bahar berpendapat Nahdliyin akan mengoreksi pilihannya setelah PKB meninggalkan Gerindra dan Prabowo untuk bekerja sama dengan NasDem mengusung Anies-Cak Imin. “Kasat mata saja, beberapa kiai utama di Jatim, semisal Kiai Ali Masyhuri, Kiai Huda Ploso, Kiai Kafabihi Lirboyo akan mengkoreksi dukungannya ke Prabowo,” ujarnya.

Tak Main-main, 5 Aksi Nyata Presiden Prabowo untuk Kemerdekaan Palestina

Pandangan kedua disampaikan Surokim Abdussalam, pakar politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) yang juga peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC). Dia bependapatan, keluarnya PKB dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) tentu saja mengurangi dukungan partai pada Pemilu 2024 nanti. Namun, dari sisi keterpilihan Prabowo sebagai capres tidak akan berpengaruh signifikan. 

“Tentu saja pasukan koalisi Indonesia Maju otomatis berkurang dari sisi dukungan partai, tetapi menurut saya tidak berpengaruh terhadap kandidasi karena sejauh ini Koalisi Indonesia Maju masih mencukupi untuk mengajukan paslon. Apalagi pilpres adalah pemilu langsung di mana voters menjadi penentu,” katanya.

Prabowo, lanjut Surokim, tentu juga akan kehilangan pemilih dari loyalitas PKB dan Cak Imin. Namun, yang perlu diingat bahwa pemilih potensi pemilih rasional yang tidak loyal pada partai tertentu sejauh ini sangat besar, terutama di kalangan milenial. “Swing dan undecided voters sejauh ini masih cukup besar. Jadi, Gerindra dan Pak Prabowo tidak perlu meratapi [ditinggalkan PKB],” ujarnya.

Begitu pula dengan suara di lingkungan NU. Surokim mengakui bahwa pemilih Nahdliyin cukup besar, terutama di Jatim dan Jateng. PKB memiliki kans besar untuk meraih suara di kantong NU tersebut. Cuma, kata dia, sejauh ini PKB masih belum mampu menggaet ketertarikan Nahdliyin secara mayoritas untuk mengikuti pilihan politik yang diambil PKB. 

“Sejauh ini PKB juga belum mampu mengaet mayoritas suara Nahdliyin. Masih terbuka peluang [bagi Koalisi Indonesia Maju dan Prabowo] untuk mengaet suara Nadhliyin yang dinamis, apalagi ekspektasi terhadap tokoh-tokoh NU untuk diakomodasi di Pilpres dari NU juga masih banyak di luar Cak Imin,” kata Surokim.