Gadis Malang ini Gelar Pameran Lukisan Tunggal Kedua, Terinspirasi Cerita Panji

Pelukis muda Aliya Murdoko bersama pendiri sanggar Daun Arik Warsono
Sumber :
  • Tofan Bram Kumara/Viva Jatim

Arik melanjutkan, setiap tradisi lokal bebas menginterpretasikan Cerita Panjinya masing-masing. Ia tumbuh pada tempat dan waktu tertentu yang dapat dirujuk sebagai latar belakang kisahnya.

Begitupun dalam karya-karya lukis Aliya Murdoko, dimana cerita Panji digarap secara eksperimental. Selain mengambil visual karakter konvensional tokoh dalam tradisi topeng Malangan yang dieksplorasi secara ekspresif. 

Aliya juga mencoba menampilkan visual yang mirip figur dalam wayang golek, bahkan pada ujung eksplorasinya Aliya Murdoko mengintepetasi cerita Panji dalam style atau gaya lukisan abstrak simbolik," jelasnya.

Salah satu karya Aliya Murdoko di pameran.

Photo :
  • Tofan Bram Kumara/Viva Jatim

Kurator lulusan Unesa itu mencontohkan, pada karya terbaru Aliya berjudul "The Foggy Forest", dengan media cat minyak dan akrilik di atas kanvas berukuran 150 x 300 cm. 

Dalam lukisan ini cerita Panji dikerjakan dengan teknik oil on water yang direspon dengan goresan detail dengan cat akrilik sehingga menghasilkan layer-layer bentang landscape pengunungan dengan hutan berbukit-bukit yang diselimuti kabut. Sementara di tengahnya terdapat goresan kecil siluet dua penunggang kuda saling memacu kudanya yang akan bertemu pada satu titik. 

"Mungkin ini interpretasi Aliya Murdoko tentang adegan pertemuan Inu Kertapati dan Galuh Candrakirana di belantara hutan Jawa Timur dengan latar jauh Gunung Semeru. Ia Seolah ingin menggambarkan luasnya hati mereka sekaligus betapa berat dan berliku rintangan hidup mereka berdua demi saling memperjuangkan cinta sejati," ujar Arik.