Dakwah ke Masyarakat Pegunungan, Kiai Ali Basthom Tak Anti Kejawen
- Viva Jatim/Madchan Jazuli
Menurut Gus Habibi inti dari perkataan tersebut seperti contoh soal menghitung hari menggunakan yang bagus ya silahkan tidak apa apa, sudah ambil hari bagus yang jelek tidak usah. Tidak apa apa, tapi tidak boleh mempercayai yang menjadikan bagus itu hari itu, istilahnya seperti itu.
Dikatakannya, memang perkataan tersebut hanya demikian, tapi berpengaruh betul. Pandangan orang dengan Kiai Ali Bastom hanya dengan omongan seperti itu masyarakat pegunungan memandang satu sisi tidak anti dan sejalan serta sepemahaman memaknai pegangan jawa.
"Akhirnya mereka masyarakat menaruh simpati, didukung dengan mohon maaf selain menghargai juga punya kesaktian," ulasnya.
Sudah menjadi rahasia umum, kala itu pernah Kiai Ali Bastom diciduk dibawa ke Polres Trenggalek. Entah masalah pengajian atau politik, menurut Gus Habibi beliau tidak memiliki salah, tapi dianggap salah oleh polisi. Sesampainya di Trenggalek dianggap salah, begitu oleh aparat langsung main tangan saat mengintrogasi.
Disitu Kiai Ali Batom hanya terdiam dan yang merasakan sakit akibat main tangan malah dari kepolisian. Meskipun beliau tidak membalas, tetapi yang mengalami sakit adalah polisi. Dari situlah masyarakat awam banyak orang mengetahui, terlebih yang masih memegang kultur kejawen akan menaruh hormat.
"Dulu yang diajeni oleh orang karena sakti atau kejadukan," jelasnya.
Beliau wafat pada tahun 1999 dan setiap tahun diperingati lewat acara Haul