6 Syarat Murid agar Mendapatkan Ilmu Menurut Sayyidina Ali

Ilustrasi siswa belajar di sekolah.
Sumber :
  • Viva.co.id

"Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi 6 syarat. Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci. Yaitu: Kecerdasan,  kemauan/semangat (rakus akan ilmu),  sabar,  biaya/bekal (pengorbanan materi/ waktu), petunjuk (bimbingan) guru dan dalam tempo waktu yang lama."  

Syarat pertama, yakni kecerdasan (dzakaa’un). Kecerdasan dimaksud di sini ialah berakal. Dalam hal ini ada dua penjelasannya. Pertama, kecerdasan yang memang diberikan oleh Tuhan (muhibbatun minallah). Itu adalah anugerah dari Tuhan yang harus dimaksimalkan fungsinya oleh seorang murid dalam menuntut ilmu. Bila tidak, maka ilmu yang diharapkan sulit untuk diperoleh.

Kecerdasan kedua ialah buah dari sebuah usaha atau muktasab. Kecerdasan muktasab misalnya diperoleh karena rajin mencatat, berdiskusi, mengikuti majelis-majelis ilmu, dan sejenisnya.

Syarat kedua, bersungguh-sungguh (hirshun). Soal ini tak perlu dijelaskan lagi. Jamak orang memahami bahwa siapa pun yang bersungguh-sungguh maka dia akan memperoleh kesuksesan. Dalam hal apa pun, termasuk dalam menuntut ilmu.

Syarat ketiga, sabar (ishtibaarun). Soal ini juga tak perlu dijelaskan panjang lebar. Yang pasti, seorang murid harus sabar dalam menjalani segala proses saat menuntut ilmu. Syarat keempat, biaya (bulghatun). Menuntut ilmu ada biayanya, maka murid atau orang tua harus menyiapkannya. Biaya di sini bisa bermakna bukan hanya modal duit, tapi juga tenaga dan waktu.

Syarat kelima, ada bimbingan guru (irsyaadu ustaadzin). Murid tidak akan mendapatkan ilmu apabila tidak ada guru. Maka dalam belajar, murid harus ada gurunya. Bisa saja seseorang belajar secara otodidak seperti zaman sekarang.

Melalui YouTube, misalnya. Tapi dia hanya akan mengetahui ilmu secara teoritik, tapi tidak akan mampu memahami saripati dan maksud utama daripada teori tersebut. Tanpa guru, seseorang bisa saja keliru memahami maksud daripada ilmu yang didapatkannya, sehingga keliru dalam penerapannya.