Mengenal Si Besut, Program Pengolahan Sampah di Kaliwungu yang Dapat Banyak Penghargaan

Kordinator KBA Kaliwungu Jombang, Shanti Ramadhani
Sumber :
  • KBA Kaliwungu Jombang (Instagram)

“Pokoknya yang sederhana, yang {dengan mudah} dapat dilakukan oleh individu ataupun kelompok. Itu yang menjadi metode pengolahan sampah yang kami kenalkan {ke masyarakat},” ceritanya.

Lebih lanjut, Shanti menjelaskan makna dari Si Besut itu sendiri, bahwa Si Besut mempunyai makna akronim, yakni B-nya adalah bank sampah. Dengan harapan, adanya bank sampah tersebut masyarakat dapat memilah sampah yang dapat didaur ulang, nilai ekonomisnya ada, sehingga berdampak pada masyarakat, pengurus dan wadah perkumpulan. 

“{jika berkembang} Akhirnya, dukungan nanti cepat, termasuk dari pemerintah nanti bisa. Misalnya, di Kaliwungu, akhirnya {pengurus} dibuatkan SK kepengurusan Bank Sampah di setiap RT-nya. Karena memang di Bank Sampah ini memunculkan kepengurusan, tokoh, kader lingkungan, sehingga hubungan pemerintah secara legalitas itu bisa masuk,” ujar Shanti. 

Sementara huruf E-nya adalah ecobrick. Sebuah metode daur ulang sampah plastik. Shanti mengatakan bahwa hal itu dikenalkan agar masyarakat bisa bertanggungjawab pada barang jualan dengan bahan plastik yang sulit didaur ulang. Misalnya packaging paket, makanan, kemasan, bungkus, potongan tali rafia, sedotan, dan plastik lainnya yang tertolak di bank sampah, atau tidak diterima di tukang rosok karena memang sulitnya didaur ulang dan nilainya sangat rendah, “ecobrick ini kami kenalkan bagaimana masyarakat itu bisa bertanggung jawab pada plastik bekas. Agar tidak dibakar, tidak dibuang ke sungai, dan juga tidak menumpuk di TPA,” katanya.

Kemudian, lanjut Shanti, Sut-nya adalah kompos untuk tanaman. Shanti mengatakan jika data sampah organik di Indonesia adalah 60%, “kalau mereka sudah mau ngompos di rumah atau mau ngompos secara berkelompok otomatis sampah bisa tertangani, tidak semua dikirim ke TPA. Di mana TPA itu punya keterbatasan.”

Lalu, kata Si di awal kata Besut maksudnya adalah siap pilah. Jadi, warga harus siap pilah sampah supaya terkelola dan mudah dimanfaatkan.

Diketahui, program Si Besut ini dimulai sekitar tahun 2020, Shanti mengatakan banyak sekali prestasi yang didapatkan atas kegiatan pengolahan sampah berbasis masyarakat ini, mulai dari penghargaan tingkat daerah, propinsi hingga tingkat nasional.