Ekspor Temulawak Tembus 42 Ton dari DSA Ponorogo

Gudang Solar Dum milik DSA Ponorogo untuk pengeringan temulawak.
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Menurut pengalamannya, ekspor Pakistan biasanya kalau sudah cocok barang yang terbeli, akan selalu konsisten berlangganan. Sebab ia juga pernah ekspor untuk kelapa ke Pakistan dan kopra putih.

"Mereka kontinyu asal kita bisa menjaga kualitas barangnya," akuinya.

Untuk suplai temulawak, ia menerangkan satu kawasan Ponorogo sampai ke Pacitan. Sehingga Desa di Pacitan juga mengirim ke Ponorogo. Karena pertimbangan untuk Trenggalek dan Pacitan panas tidak sebagus Ponorogo.

Slamet menambahkan pengeringan temulawak memang terpusat di Ponorogo selain panas, juga proses menggunakan mesin-mesin yang sudah lengkap. Termasuk ayak dan sebagainya, sehingga memungkinkan untuk kontainer bisa mengangkut barang tersebut.

"Kalau Trenggalek dan Pacitan susah. Alamatnya berada di desa yang pertama di Desa Broto gudang pusatnya," jelasnya.

Dirinya menerangkan temulawak melalui proses untuk finishing, packing harus di satu lokasi karena tidak bisa sembarang. Sebab pengumpulan dari petani tidak mungkin sama dari tingkat kadar air.

"Ada yang 18%, 20% ada yang 22% karena tingkat pengeringan dari masing-masing petani itu beragam. Yang disana itu adalah gudang untuk pemrosesan akhir untuk menyamaratakan mutu, standar kualitas," bebernya