Permintaan Eksportir Ikan Mas Koki Capai 60 Ribu Ekor di DSA Wajak Lor Tulungagung

Minto (46) bersama Ikan Mas Koki yang berkualitas ekspor.
Sumber :
  • Viva Jatim/Madchan Jazuli

Sementara saat sedang ramai-ramainya permintaan ikan, ia mengaku terjadi di pandemi Covid-19. Pasalnya, kala itu banyak orang yang Work From Home (WFH) merasa jenuh, sehingga sebagian besar memilih memelihara ikan sebagai obat kesuntukan selama di rumah.

Pun juga, imbas pandemi banyak pemuda yang setelah lulus menekuni budidaya ikan mas koki. Dan ada juga yang putus sekolah, beranggapan lulusan Covid-19 Katanya, lulusan korona ijazah tidak payu.

Ia mengaku untuk pasar Ikan Mas Koki masih terbuka lebar. Termasuk juga saat kontes, bibit asal Tulungagung menjadi bahan pencarian oleh pecinta ikan hias. Penikmat Mas Koki berasal dari luar daerah yang kebanyakan dari Jakarta, Bandung dan Surabaya. Jika telah meraih juara, per ekor ikan hias akan melambung tinggi.

"Pernah ada yang juara kontes, per ekor bisa seharga Rp 7 juta," urainya.

Minto mengajak untuk mengelilingi kolam ikan pembibitan hingga pembesaran. Dengan membawa pakan hasil buatan kelompoknya menebar ke kolam. Ikan-ikan saling berebut.

Lantas ia mengambil serok alias jaring kecil untuk menangkap ikan. Minto memperlihatkan Ikan Mas Koki yang berukuran besar. Kualitas ikan hias dipengaruhi banyak faktor, mulai pakan hingga perawatan.

Masih menurut salah satu pembudidaya Ikan Mas Koki, Minto merasa terbantukan oleh pendampingan yang dilakukan Cah Angon Foundation berkolaborasi dengan PT Astra Internasional melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA). Ia mendapat pendampingan dan ditetapkan DSA sejak 2022.

Kelompok budidaya ikan mas koki di wilayahnya menjadi mengetahui banyak hal. Mulai pengembangan ikan sampai pemasaran, sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat untuk terus menjaga kualitas ikan hias yang saat ini menjadi icon Tulungagung.