Menengok Sel Nomor 2 di Lapas Mojokerto, Saksi Bisu Perjuangan KH Hasyim Asy'ari

Sel Nomor 2 di Lapas Mojokerto.
Sel Nomor 2 di Lapas Mojokerto.
Sumber :
  • M Lutfi Hermansyah/Viva Jatim

Ia merasa beruntung bisa berada dalam sel petilasan tokoh Kiai Hasyim. “Setiap hari saya berkirim doa kepada beliau,” Ikhwan. 

Pemerhati sejarah Mojokerto, Ayuhanafiq mengatakan, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) itu ditangkap tentara Jepang dan dijebloskan ke penjara Jombang pada tahun 1942. Namun, penahanan pengasuh Pesantren Tebuireng yang juga Rais Akbar NU itu mendapat reaksi keras dari kalangan santri. 

Sepanjang penahanan berlangsung, para santri setiap hari berunjuk rasa di depan penjara Jombang menuntut pembebasan Mbah Hasyim. Karena itu, penguasa Jepang berencana untuk memindahkan tempat penahanan Kiai Hasyim. 

“Penjara Lapas Kelas IIB Mojokerto dipilih untuk menjadi lokasi pemindahan tahanan. Pada hari Senin, 4 April 1942, Kiai Hasyim Asy’ari dibawa keluar dari penjara Jombang untuk dilayar ke Mojokerto,” ungkap Yuhan. 

Di lapas yang dibangun masa pemerintahan kolonial ini, petugas penjara menyiapkan ruang tahanan dengan nomor urut 2. Tak jauh  berbeda dengan sel lain, di dalam ruangan hanya terdapat tempat tidur semen dan tanpa dilengkapi penerangan saat malam. 

“Mbah Hasyim diarahkan masuk ke sel nomor 2 saat menjelang maghrib,” ungkap Yuhan. 

Tak lama di Lapas Mojokerto, Kiai Hasyim kemudian dipindahkan lagi ke lapas di Kota Surabaya. Lantaran ada desakan pembebasan dari para santri dan kiai yang kian masif. Jepang akhirnya membebaskan Kiai Hasyim setelah di penjara beberapa bulan.