Sejahtera Berkat Sapi Perah

Kampung Brau di Desa Gunungsari, Bumiaji, Kota Batu.
Sumber :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

Batu, VIVA Jatim – Rumah bercat putih itu berada di kaki sebuah bukit di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Di rumah itu, sejumlah peralatan teronggok. Beberapa orang terlihat sibuk. Rumah itu adalah tempat pengolahan mozzarella, semacam keju dengan bahan dasar susu sapi.

Dusun Brau memang mencitrakan diri sebagai kampung susu. Citra itu terlihat dari adanya patung sapi perah di pinggir jalan tak jauh dari rumah produksi mozarella. Di dekat patung sapi, replika tong bajigur raksasa berdiri. Tong bajigur adalah nama lain dari milkcan, wadah susu sapi perah dengan bentuk khas. Di badan tong, ada tulisan dengan huruf besar: WISATA SUSU SAPI BRAU.

Nah, rumah produksi mozarella itu adalah salah satu tetenger yang menguatkan citra Brau sebagai Kampung Susu. Karena itu, setiap kali ada orang luar hendak melihat suasana Kampung Brau, maka rumah mozarella adalah salah satu titik yang dituju. Di sana, pengunjung bisa melihat secara langsung proses pembuatan mozzarella.

Pengunjung juga bisa membeli oleh-oleh mozzarella batang atau olahannya dengan harga jauh di bawah harga pasaran. Untuk mozarella 1 kilogram, misalnya, di sana dibanderol Rp100 ribu. Bandingkan dengan harga mozarela di minimarket-minimarket yang jauh lebih mahal.

Rumah produksi mozzarella itu dikelola oleh Koperasi Margo Makmur Mandiri. Muhammad Munir, ketua koperasi tersebut, mengatakan, mozarella di koperasinya terbilang produk baru. Mozzarella dipilih karena tak banyak koperasi susu yang ada di Batu mengolah penganan berbahan dasar susu macam mozarella.

 

Mozzarella produksi dari Kampung Brau di Kota Batu.

Photo :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

 

Dia menjelaskan, mozzarella juga dipilih karena Kampung Brau merupakan salah satu sentra sapi perah di Kota Batu. Artinya, kebutuhan akan bahan dasar mozzarella terjamin. "Kampung Brau ini, kalau dihitung jumlah penduduknya itu [lebih] banyak sapinya," kata Munir di rumah produksi mozzarella Kampung Brau pada 30 Agustus 2023 lalu.

"Makanya Brau ini diistilahkan Kampung Sapi atau Kampung Susu. Jadi, total penduduk di sini sekitar 500, tapi jumlah sapinya kalau diakumulasi itu kurang lebih sekitar 1.200-an. Jadi, kalau di masyarakat Kampung Brau ini, itu peternakan sapi perah semacam home industri," ujar Munir.

Kendati sempat didera penyakit mulut kuku (PMK), namun para peternak sapi perah di Kampung Brau tak patah arang. Mereka tetap bangkit. Saat ini, lanjut Munir, produksi susu di Kampung Brau kurang lebih 5.000 liter setiap hari. Itu masih kurang dari permintaan pasar yang berjumlah sekira 10 ribu liter setiap hari.

Pun demikian dengan produksi mozzarella di Kampung Brau. Sementara ini jumlah produksinya terpaksa harus dibatasi karena bahan bakunya yang terbatas. Padahal, kata Munir, permintaan dari luar negeri atau ekspor mozarella produksi Kampung Brau sudah ada. "Tapi belum bisa kami penuhi karena bahan bakunya terbatas," ujarnya.

Kampung Brau adalah satu di antara penghasil susu dan turunannya di Kota Batu. Berdasarkan data Dinas Peternakan kota setempat, hingga saat ini terdapat  9.356 ekor sapi perah. Sementara untuk sapi potong sebanyak 3.249 ekor. Mengingat besarnya pendorong bagi kesejahteraan masyarakat, Pemkot Batu pun memperhatikan betul anggaran untuk peternakan, termasuk sapi perah.

Selain di Batu, Kabupaten Malang juga memiliki banyak titik penghasil susu sapi. Di antaranya di Pujon. Di kecamatan ini ada salah satu koperasi, salah satu pemasok susu ke Nestle. Namanya Koperasi Susu Sinau Andandani Ekonomi atau Koperas SAE. Selain peternakan, koperasi ini juga mengembangkan usaha produk-produk penganan dengan bahan dasar susu.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur melihat itu sebagai potensi besar untuk mendorong kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya di Kota Batu dan Malang, tapi juga kabupaten/kota lainnya penghasil susu sapi perah, juga sapi potong. Karena itu, begitu penyakit mulut dan kuku (PMK) masuk ke Jatim dan menyebar dengan cepat, Pemprov Jatim langsung melakukan upaya pencegahan dan pegobatan dengan cepat.

 

Vaksinasi PMK di sentra peternakan Koperasi SAE Pujon, Malang.

Photo :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

 

Salah satunya dengan mengoptimalkan kegiatan vaksinasi PMK. Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jatim, Indyah Aryani, mengatakan, secara nasional, vaksinasi PMK di Jatim saat ini sudah dinyatakan dalam kondisi membaik. "Kalau kemarin kita dalam kondisi wabah, sekarang dalam kondisi tertular," katanya saat meninjau program vaksinasi PMK di Koperasi SAE Pujon, Malang.

Dengan begitu, kata dia, status Jatim dalam hal penularan PMK pada sapi sudah menurun. "Kenapa menurun? Karena komitmen kita, termasuk komitmen pimpinan, Ibu Gubernur kita khususnya, komitmen kepala daerah di kabupaten/kota, juga komitmen dari dinas teknis yang menangani," tandas Indyah.

"Saat ini, vaksinasi [PMK] kita sudah hampir 6,8 juta [dosis], dari target kita 7,3 juta [dosis] untuk tahun 2023. Nah, ini merupakan vaksinasi terbanyak di Indonesia. Ini merupakan bagian dari keberhasilan Jawa Timur," ujar Indyah.

Dalam sehari, lanjut dia, vaksinasi PMK di Jatim mencapai 17 ribu dosis dan itu masih digas terus agar mencapai target 7,3 juta dosis pada tahun ini. "Vaksin ini merupakan satu-satunya cara untuk mengendalikan [virus PMK], selain kita juga lakukan pengobatan," kata Indyah.

Kegigihan Pemprov Jatim dalam menangani PMK dan pembangunan di bidang peternakan berbuah penghargaan. Ada empat penghargaaan diperoleh Jatim karena penanganan PMK. Yaitu Peringkat I Dinas Provinsi dengan Akseptor Inseminasi Buatan (IB) SIKOMANDAN Terbanyak Tahun 2023.

Kemudian Peringkat I Provinsi Pendukung Kegiatan Transfer Embrio Terbaik kategori wilayah Maju, Peringkat I Provinsi dengan Tingkat Vaksinasi PMK Terbaik Nasional, dan Harapan II Provinsi dengan Capaian Kinerja Terbaik Penandaan dan Pendataan Ternak.

 

Kepala Dinas Peternakan Jatim Indyah Aryani di Koperasi SAE Malang.

Photo :
  • Nur Faishal/Viva Jatim