Salah Penggunaan Kadar Pupuk, Petani yang Dirugikan

Koordinator Agronomis Wilayah Jatim Pupuk Kaltim, Akwan
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Pihaknya mengatakan, saat ini yang coba geser dengan konsep non subsidi jauh lebih sejahtera. Dengan cara, perusahaan mendampingi terus menerus, seperti contoh lahan seperti, lalu mendatangkan analis laboratorium.

Semua mitra oleh perusahaan semua dicek karakteristik tanah, sehingga petani mengetahui sebelum melangkah melakukan penanaman hingga perawatan.

"Oh PH-nya rendah, berarti distandarkan dan jangan malah petani belanja pupuk besar-besaran. Sama halnya buang rezeki inilah sebenarnya kebocoran yang dilakukan karena tidak faham, ini yang kita potong petani itu belanja sesuai kebutuhan," bebernya.

Pria yang sebelumnya menjadi Koordinator Agronomis Wilayah Kalimantan Pupuk Kaltim ini mengaku,petani tebu bisa terukur. Ujungnya adalah dengan target setiap lahan 1 hektare bisa menghasilkan 100 ton.

Tak hanya itu, Akwan mengatakan konsep yang dulu dengan konsep yang sekarang harus dirubah. Termasuk jumlah anakan, percepatan pertumbuhan dan percepatan dari kematangan rendement.

Pasalnya, tanaman tebu jik rendemen tidak tinggi, sama halnya petani menjual kayu kering. Bisnis tersebut coba ia perlihatkan kepada petani, supaya mampu mencetak bertani itu bukan kerja bakti, tetapi bertani itu adalah orang-orang pebisnis.

"Mindset-nya kita dorong makanya kita punya program agrosolution atau program makmur secara nasional program," tandasnya.