Inovasi Arky Gilang Wahab, Wujudkan Ketahanan Pangan Lewat Konversi Sampah Organik
- Istimewa
Banyumas, VIVA Jatim – Hampir di semua daerah di Indonesia memiliki persoalan di bidang pengendalian sampah. Sejumlah upaya penanganan terus dilakukan agar tidak menimbulkan permasalahan lingkungan. Bau sampah busuk yang menyengat juga memicu masalah kesehatan bagi masyarakat.
Fakta pilu ini menjadi kegelisahan sendiri bagi seorang pemuda di Desa Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Arky Gilang Wahab. Hingga akhirnya Ia menemukan solusi tepat untuk menangani masalah sampah, utamanya di daerah tempat tinggalnya.
Ya, Lulusan Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) ini justru menjadikan masalah sampah sebagai peluang bisnis yang manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak pihak. Ia mencoba mengonversi sampah organik menjadi pupuk yang kemudian bisa berdampak positif bagi ketahanan pangan.
Pasalnya Arky mencoba mengumpulkan sampah untuk diolah menjadi pupuk kompos. Namun seiring berjalannya waktu, cara tersebut nampaknya kurang efektif. Sebab jumlah sampah yang besar butuh lahan luas dan waktu 1 sampai 3 bulan untuk menjadi kompos. Itu pun bila proses yang dilakukan dipastikan benar.
Cara yang kurang efektif ini hanya menguras waktu dan tenaganya, sementara sampah yang dikumpulkan masih butuh waktu yang lama untuk diolah menjadi kompos. Belum lagi juga harus menyediakan lahan yang cukup luas sebagai tempat penampungan.
Akhirnya muncul ide dalam pikiran Arky untuk membudidaya larva lalat atau yang juga dikenal maggot. Tidak hanya berpotensi besar meraup pundi-pundi rupiah, budidaya ini juga berdampak positif bagi ketahanan pangan. Sebab maggot bisa menjadi pakan ternak hingga pupuk organik.
Diketahui, maggot mampu memakan sampah organik 5-10 kali dari berat tubuhnya. Lalat jenis BSF ini tidak seperti lalat pada umumnya yang menebar penyakit. Sebab maggot hanya makan dari sampah organik dengan kandungan protein dan nutrisi yang baik.