Raih Silver Rank dari ASRRAT, Dirut SIER Termotivasi untuk Berinovasi
- Istimewa
Surabaya, VIVA Jatim – PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) meraih prestasi gemilang dengan memenangkan penghargaan Silver Rank dalam kategori 'With Reference to Global Reporting Initiative (GRI) Standards 2021' dalam ajang Announcement The Asia Sustainability Reporting Rating (ASSRAT) 2023. Penghargaan itu membuat SIER termotivasi untuk terus berinovasi.
Penghargaan tersebut diterima langsung Direktur Utama PT SIER, Didik Prasetiyono, dalam acara puncak penghargaan yang berlangsung di Hotel Raffles, Jakarta, pada Senin, 6 November 2023. Selain Silver Rank, SIER juga mendapatkan pengakuan khusus dalam ASSRAT 2023, yaitu A Commendation for First Year ASSRAT yang menunjukkan komitmen perusahaan dalam sustainability report tahun pertama.
Melalui laporan keberlanjutan yang telah diinisiasi sejak 2019, SIER telah merinci tanggung jawab sosial mereka di bidang lingkungan, masyarakat, dan ketenagakerjaan. Laporan ini mencakup berbagai kegiatan seperti bantuan korban bencana, vaksinasi, donor darah, pelatihan UMKM, pengobatan gratis, dan banyak inisiatif lain yang mendukung keberlanjutan sosial dan lingkungan.
Sekadar informasi, penyelenggaraan ASSRAT 2023 ini merupakan yang ke-19, sejak pertama kali diadakan pada 2005 lalu. Acara ini diinisiasi National Resource and Reserve Commission (NRRC). Penghargaan ini bertujuan untuk mengakui perusahaan-perusahaan yang telah menyusun laporan keberlanjutan dengan baik dan mengikuti standar GRI.
Dewan Penasihat ASRRAT, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, mengingatkan peran penting dunia usaha dalam misi global akan pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca. Langkah ini sebagai upaya menghadapi perubahan iklim yang semakin serius dampaknya.
Kata Bambang, saat ini bumi mengalami peningkatan suhu rata-rata sebesar 1,1 derajat celsius sebagai akibat dari emisi pemanasan global. Untuk menjawab tantangan ini, Bambang Brojonegoro menekankan perlunya mengurangi emisi gas rumah kaca hingga mencapai nol pada tahun 2050.
Menurut Bambang, akan ada konsekuensi serius jika tidak ada tindakan tegas, termasuk risiko bagi nyawa manusia. “Termasuk risiko kenaikan permukaan laut, kekeringan yang lebih parah, dan kerusakan ekosistem laut,” katanya dalam keterangan tertulis diterima VIVA Jatim, Rabu, 8 November 2023.