Diproyeksikan Jadi Baju Adat, Pemkab Launching Busana Khas Wastra Kediri
- Madchan Jazuli/ Viva Jatim
Kediri, VIVA Jatim- Semarak Hari Jadi Kabupaten Kediri genap berusia 1220 tahun di Pendopo Panjalu lengkap sudah. Pasalnya, selain prosesi membasuh dengan tirta suci dari tujuh sumber mata air juga dilaunching busana khas 'Wastra Kediri'.
Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana mengungkapkan launching ini sebagai wajah baru pakaian khas Kediri. Ini dilakukan supaya kedepan memiliki beberapa desain, jika nanti bandara ini benar-benar beroperasi, Kediri bisa menyambut dengan para tamu ini dengan berbagai macam motif.
"Filosofinya dari baju yang baru sebenarnya sama seperti yang lama. Cuma kita sedang memperkuat bagaimana pakaian khas bisa menjadi pakaian adat," ujar Hanindhito Himawan Pramana, Senin, 25 Maret 2024.
Menurut Mas Dhito, sapaan akrab bupati muda ini mengaku kendati motifnya sama, hanya lidah api, gringsing, patma teratai, akan tetapi yang membuat berbeda hanya terletak dalam desain.
Politikus PDI Perjuangan ini menjelaskan bahwa pakaian adat sudah pasti pakaian khas. Namun pakaian khas belum tentu pakaian adat. Oleh sebab itu, pihaknya meminta untuk warga Kabupaten Kediri untuk bisa menggunakan pakaian khas yang ada.
"Supaya kelak nanti nanti 10, 50, bahkan 100 tahun yang akan datang menjadi pakain adat," tandasnya.
Sementara pembuat baju khas tersebut, Muhammad Ana Mustofa menjelaskan bahwa peluang kedepan pasti bakal diminati. Terlebih saat ini oleh Kabupaten Kediri disorot, karena sebelumnya tidak ada.
"Tahun ini ada peluang, kedepan Wastra ini menggunakan launching baju ini, sepertinya 1000 lebih dari Pemkab memesan. Kalau awal masih 50an pcs," ujar Ana Mustofa.
Pria yang sudah sejak 2014 menekuni tenun ini mengaku pengerjaan di tenun, selama dua hari bisa mendapatkan 3 lembar.
Sementara untuk perbedaan dengan yang lain memiliki motif dahana pura karena memang permintaan dari Pemkab Kediri. Selain Dahana Pura ada motif sisik nanas, gunung gunungan masih dalam satu rangkaian.
"Namun yang menonjol lidah api sama sisik nanas," bebernya.
Perihal harapan kedepan, ia berharap hasil tenunnya di kabupaten menjadi icon. Oleh sebab itu hasil tenunnya menonjolkan ciri khas timbul yang tidak dimiliki oleh mana-mana.
"Kesulitan timbul masih baru saya yang bisa, karyawan belum bisa. Kalau nanti ada permintaan banyak nanti kesulitan keteteran, harus mentraining orang," tutupnya.