Merajut Asa Janda dari Panen Padi Lewat Pupuk Urea

Marwiyah (47) sedang memupuk sawah seluas 703 meter persegi
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Jatim – Terik sang surya mengernyitkan mata di antara hamparan padi. Salah satu perempuan paruh baya mulai menaburkan genggaman pupuk ke sawah. Binti Marwiyah (47) harus mengurus petak sawah peninggalan suaminya sebesar 50 ru atau sekitar 703 meter persegi.

Pupuk yang sering digunakan Marwiyah ialah Pupuk NPK Phonska dan Pupuk Urea. Bahkan, Marwiyah tak pernah menggunakan pupuk lain, selama memiliki sawah yang dulu diolah bersama almarhum suaminya.

"Biasanya menggunakan Pupuk Urea dan NPK. Dapat subsidi pupuk hanya setengah, sisanya beli sendiri mas," ungkap Binti Marwiyah, Senin 13 November 2022.

Menurutnya, kedua pupuk tersebut mampu menambah pertumbuhan tanaman padi. Selain itu, membuat batang tanaman lebih kuat sehingga tidak mudah rebah saat musim hujan lebat atau cuaca ekstrem, pun juga serangan hama.

Perempuan dengan dua anak, satunya masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar (SD) ini mengaku memberi pupuk di sawah hanya dua kali. Satu kali pada masa awal pasca tanam sekitar 17-25 hari. Selanjutnya pada saat bulir padi mulai nampak, untuk merawat sampai panen.

Ia mengeluhkan pemerolehan pupuk terkesan dibatasi. Padahal kebutuhan petani tidak muluk-muluk, pupuk tercukupi dan cara memperolehnya gampang tidak berbelit-belit.

"Setahun terakhir ini mas, pupuk malih beli banyak tidak boleh. Harus pakai KTP. Tidak seperti zaman dahulu, beli sembarang saja bisa los. Pada waktu memupuk saja tidak ada, bagaimana mau bisa tumbuh bagus," kelihnua.

"Cari di luar desa mahal. Kalau di desa sendiri dibatasi," sambungnya.

Marwiyah selain mengurusi sawah juga memiliki 3 ekor kambing ini menjelaskan hasil panen sawah dari sawah kalau pas pertama tanam sekitar 10 karung atau sekitar 4,5 kuintal. Sedangkan kalau masa tanam padi kedua, haya 6 karung.

"Hasil panen 6,5 (karung) kalau tahun ini. Kalau makan saja bIsa jadi 6 bulan. Ini beras mulai mahal mas," tandasnya.

Karanganom berada di wilayah Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek merujuk data Pemerintah Desa, jumlah penduduk sekitar 2450 jiwa dengan luas 3,5 km persegi. Hampir sekitar 60 persen lahan persawahan, praktis sebagian besar penduduk sebagai petani, menggantungkan pada hasil panen.

Lain Marwiyah, lain lagi Komsiyah (49) yang juga masih satu desa. Satu kali panen pertama di musim penghujan mampu menghasilkan sekitar 24 karung atau kurang lebih 1 ton. Menggunakan pupuk produk Petrokimia Gresik menjadi sebuah keharusan setiap kali tanam padi.

Pupuk yang ia gunakan juga Pupuk Urea dan Pupuk Phonska, sebab lumayan untuk membantu pertumbuhan. Kendati cukup siginifikan, ia menyatakan cara mendapatkan pupuk terbilang susah. Mulai harus menunjukkan KTP dan di desanya dibatasi.

"Cukup susah, harus cari diluar desa. Itupun harganya mahal, Rp 150 ribu per karung," papar Komsiyah.

Perempuan paruh baya 3 anak ini harus mengurus seorang diri sawah berukuran 100 ru atau sekitar 1.403 meter persegi. Hasil panen sawah untuk membiayai kedua anak, dan sisanya ia gunakan kebutuhan makan sehari-hari.

"Yang dijual 17 karung, sisanya untuk makan mas," tandasnya.

Melansir dari laman resmi Petrokimia Gresik kandungan dalam Pupuk Urea meliputi kadar air maksimal 0,50 persen, kadar Biuret maksimal 1 persen. Selanjutnya kadar Nitrogen minimal 46 persen, bentuk butiran tidak berdebu.

Sementara untuk manfaat unsur hara Nitrogen dalam Pupuk Urea yaitu membuat bagian tanaman lebih hijau dan segar. Lalu, mempercepat pertumbuhan, menambah kandungan protein hasil panen, gejala kekurangan unsur hara Nitrogen pada tanaman.

Makmur bersama, tingkatkan hasil panen menggunakan pupuk produksi PT Pupuk Indonesia. Mewujudkan dampak ekonomi sosial ke pelosok desa.