Jokowi Kenang Almarhum Faisal Basri : Ekonom Kritis dan Detail Saat Koreksi Pemerintah
- Mokhamad Dofir
Surabaya, Viva Jatim - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Ekonom Senior Universitas Indonesia, Faisal Basri. Ucapan duka disampaikan mantan Gubernur Jakarta tersebut dalam kunjungan kerja di Kabupaten Sidoarjo untuk meresmikan Flyover Juanda, Jumat, 6 September 2024.
"Innalillahiwainnailihi rajiun, saya dan seluruh warga masyarakat Indonesia menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya wafatnya Bapak Faisal Basri," ucap Jokowi.
Jokowi mengenang sosok Almarhum Faisal Basri sebagai tokoh yang kritis dan detail menyampaikan data-data di lapangan ketika mengkoreksi kebijakan pemerintah.
"Beliau adalah ekonom yang kritis, detail dalam menyampaikan data-data lapangan dan bisa mengkoreksi kebijakan-kebijakan pemerintah yang kurang baik. Saya kira itu hal yang sangat bagus," lanjutnya.
Faisal Basri meninggal dunia sekitar pukul 03.50 WIB pada Kamis dini hari (5/9) di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta. Ia sempat dirawat di rumah sakit yang sama sejak awal pekan ini lantaran penyakit jantung.
Faisal dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta Selatan, pada Kamis sore.
Faisal Basri merupakan sosok ekonom yang lantang mengkritik pemerintah. Ia acap kali mengingatkan pemerintahan Presiden Joko Widodo karena menganggapnya terlalu boros mengelola anggaran hingga menyebabkan utang membludak.
Pria kelahiran Bandung, 6 November 1959 itu juga tak segan-segan mengkritik program unggulan Jokowi, hilirisasi. Menurut Faisal, hilirisasi ala Jokowi masih ugal-ugalan.
Saat Pilpres 2024 berlangsung, Faisal dengan berani membujuk Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono serta menteri lainnya untuk mundur dari kabinet Jokowi.
Hal ini dikarenakan pemerintahan terkesan berpihak pada pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.
Faisal mulai menggeluti dunia ekonomi sejak di bangku kuliah. Keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik itu menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (1985) dan meraih gelar Master of Arts bidang ekonomi di Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988).
Faisal juga bagian dari pendiri Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) (1995-2000) bersama sejumlah ekonom senior lainnya.
Di bidang pemerintahan, Faisal pernah mengemban amanah sebagai anggota Tim 'Perkembangan Perekonomian Dunia' pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN (1985-1987) dan anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI (2000).
Di era pemerintahan Jokowi, ia juga pernah dipercaya menjadi ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi. Tim berjuluk Tim Anti Mafia Migas bekerja 6 bulan penuh menyelidiki praktik-praktik impor BBM di tubuh anak usaha Pertamina, Petral.