Gramedia Gandeng YBA Gelar Tur Buku, Ajak Generasi Muda Surabaya Temukan Ketenangan Diri

Gramedia Gandeng YBA Gelar Tur Buku Biksu Ternama Asal Korsel.
Sumber :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

Surabaya, VIVA Jatim –Untuk pertama kalinya, Haemin Sunim, seorang biksu Zen asal Korea Selatan yang juga penulis buku-buku best seller, menggelar Tur Bukunya di Surabaya pada Sabtu, 16 November 2024. 

Acara ini diselenggarakan oleh Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan sejumlah organisasi, antara lain Young Buddhist Association (YBA) Indonesia, Mitra Uttama, Unit Kegiatan Kerohanian Buddha Universitas Surabaya, Universitas Airlangga, Universitas Ciputra Buddhist Community, dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Buddha Universitas Widya Kartika.

Pada kesempatan itu, Haemin Sunim banyak berbicara mengenai pentingnya penerimaan diri dan cara mengatasi masalah kesehatan mental. Ia membuka pembicaraannya dengan sebuah perumpamaan sederhana, yaitu perbandingan berbagai ukuran botol plastik.

“Misalnya, ada botol ukuran 600 ml, yang kita anggap sebagai diri kita sendiri. Kemudian ada botol 1 liter, yang kita lihat lebih besar dari kita. Maka seringkali muncul perasaan seperti, ‘Aku lebih baik dari kamu,’ atau sebaliknya, ‘Kamu lebih baik dari aku.’ Tapi, kalau muncul botol lebih kecil, misalnya ukuran 350 ml, kita merasa lebih baik lagi,” jelas Haemin Sunim.

Melalui perumpamaan ini, Haemin menjelaskan bagaimana manusia seringkali terjebak dalam persaingan dan perbandingan sosial yang tidak ada habisnya. Padahal, menurutnya, masalah-masalah kehidupan yang kita hadapi seringkali datang dari opini-opini orang lain yang sebenarnya tidak bisa kita kontrol.

“Semakin kita mencari kebahagiaan dari luar diri kita, semakin kita sulit menemukannya. Kebahagiaan sejati datang dari dalam diri kita sendiri, dari penerimaan terhadap diri dan keadaan kita saat ini,” ujar Haemin Sunim dengan penuh ketenangan.

Haemin Sunim juga menggunakan kacamata hitam sebagai simbol untuk menggambarkan cara pandang manusia terhadap dunia. Ia menjelaskan bahwa jika seseorang terus menerus memakai kacamata hitam, maka ia hanya akan melihat dunia sesuai dengan pembatasan kacamata tersebut, yaitu terbatas pada masa lalu dan masa depan.

“Ketika kita terlalu fokus pada masa lalu atau masa depan, kita sering kali melewatkan kehidupan saat ini—yang sebenarnya merupakan satu-satunya waktu yang kita miliki. Ketika kita bisa melepaskan kacamata hitam itu dan fokus pada saat ini, kita akan menemukan ketenangan dan kedamaian dalam hidup,” tegas Haemin Sunim.

Menurutnya, dengan menerima diri dan hidup di saat ini, kita dapat mengurangi penyesalan atas masa lalu dan kecemasan tentang masa depan. Hal ini, kata Haemin, dapat membantu kita untuk terbebas dari keterikatan duniawi dan hidup lebih tenang.

Ketua Young Buddhist Association Indonesia (YBAI), Limanyono Tanto, menyampaikan bahwa dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, generasi muda sering kali dihadapkan pada isu kesehatan mental yang semakin meningkat. Buku-buku karya Haemin Sunim, seperti Things You Can See Only When You Slow Down, Love for Imperfect Things, dan yang terbaru When Things Don’t Go Your Way, menjadi panduan penting untuk memahami diri, menerima kekurangan, dan membangun keikhlasan.

“Buku-buku Haemin Sunim mengajarkan kita tentang pentingnya ketenangan, penerimaan, dan kasih sayang terhadap diri sendiri dan orang lain. Kami berharap, melalui acara ini, lebih banyak generasi muda yang terinspirasi dan menemukan kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup,” ujar Limanyono.

Ia juga menambahkan bahwa Tur Buku ini bukan hanya sekadar acara literasi, tetapi juga ruang refleksi diri di mana peserta dapat belajar untuk melihat lebih dalam ke dalam batin mereka dan menemukan keseimbangan hidup. Acara ini dihadiri oleh sekitar 400 peserta, yang sebagian besar adalah kaum muda yang ingin memperoleh inspirasi dari karya Haemin Sunim.

Kathrine Gabby Kusuma, Editor Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia, mengungkapkan bahwa buku pertama Haemin Sunim, The Things You Can See Only When You Slow Down, telah menjadi bestseller sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2020, dengan lebih dari 30.000 eksemplar terjual. Buku ini mengajak pembaca untuk hidup lebih lambat, lebih sadar, dan lebih mencintai diri sendiri.

“Kami sangat senang dapat membawa Haemin Sunim ke Surabaya setelah Yogyakarta, dan setelah ini, beliau akan melanjutkan tur bukunya ke Jakarta pada Minggu, 17 November 2024. Kami berharap acara ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua yang hadir,” kata Kathrine.

Haemin Sunim mengakhiri acara dengan harapan bahwa para peserta dapat membawa pulang pesan-pesan tentang kedamaian batin dan kesehatan mental. Melalui tur bukunya ini, ia berharap bisa membantu lebih banyak orang untuk menemukan ketenangan dalam kehidupan yang serba cepat ini.

Tur Buku Haemin Sunim di Surabaya menjadi sebuah pertemuan penting bagi mereka yang ingin mengambil jeda sejenak dari kehidupan yang penuh tekanan dan belajar untuk lebih mencintai diri sendiri. Dengan tema "Menemukan Ketenangan dalam Kehidupan yang Sibuk", acara ini telah memberi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih sadar, lebih menerima diri, dan lebih hidup dalam keadaan sekarang.