YLPK Jatim Siap Lakukan Pengujian soal Isu Bahan Berbahaya Asbes

Sejak tahun 1985 penggunaan asbes biru sudah dilarang
Sumber :
  • Istimewa

Surabaya, VIVA Jatim – Belakangan ini beredar isu miring soal bahan berbahaya pada penggunaan asbes. Bahan tersebut dikabarkan bisa menyebabkan penyakit asbestosis. Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Jawa Timur pun langsung gerak cepat menyikapi hal tersebut. 

 YLPK Jatim melakukan pertemuan bersama pelaku usaha asbes yang tergabung dalam Fiber Cement Manufacturers Association (FICMA). Pertemuan itu berlangsung di ruang meeting Graha Pasific Jl. Jendral Basuki Rachmat No. 87-91 Surabaya, 15 November 2024 lalu.

Hadir dalam pertemuan tersebut, Executive Director FICMA, Jisman Hutasoit, Ahli Kesehatan Masyarakat sekaligus Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Ir. Sjahrul Meizar Nasri, M.Sc., dan perwakilan pabrikan asbes yang berada di Jawa Timur.

Executive Director FICMA Jisman Hutasoit mengatakan bahwa salah satu kewajiban pelaku usaha, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) menjadi bukti bahwa para pelaku usaha yang tergabung dalam FICMA mempunyai itikad baik dalam menjalankan usahanya.

“Bahwa produk fiber cement yang terdapat kandungan asbes putih (chrysotile) tidak berbahaya karena penggunaan serat asbes putih (chrysotile) dalam produk atap bangunan hanya berkisar 7-8%, kertas 5%, dan semen sebesar 87-88%,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Viva Jatim, Senin, 2 Desember 2024. 

Kemudian Guru Besar UI Prof. Dr. Ir. Sjahrul Meizar Nasri, M.Sc., memberikan penjelasan mengenai penggunaan asbes putih (chrysotile) bahwa Asbes adalah kelompok serat mineral silikat dari magnesium dan logam besi, yang terdapat di alam dalam bentuk serat yang diperoleh dari tambang. 

Menurutnya, diperkirakan asbestos telah digunakan sejak tahun 2.500 SM di Finlandia untuk membuat pot-pot yang terbuat dari tanah liat. Sedangkan penggunaan asbestos di dalam industri baru dimulai sekitar tahun 1880 dengan sumber deposit di Quebec (Kanada), Afrika Selatan dan Pegunungan Ural (Rusia).