DAMRI Kembali Operasikan Jalur Tulungagung-Ponorogo dengan Jadwal Baru
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Tulungagung, VIVA Jatim –Bus DAMRI kembali mengoperasikan jalur perintis Tulungagung-Ponorogo setelah sempat terhenti selama dua pekan usai kontraknya berakhir pada Desember 2024. Pada 15 Januari 2025, bus yang melayani rute ini kembali mengaspal, meskipun dengan jadwal yang sedikit berbeda.
Sebelumnya, rute Tulungagung-Ponorogo memiliki dua jadwal keberangkatan, namun kini hanya ada satu jadwal yang melayani perjalanan pulang pergi (PP). Plt Kabid Angkutan Jalan Dinas Perhubungan (Dishub) Tulungagung, Aries Prasetyo, menjelaskan bahwa DAMRI kembali beroperasi setelah menerima surat perintah yang berlaku mulai 15 Januari 2025.
Aries Prasetyo mengatakan ini merulakan program dari Kementerian Perhubungan. Tulungagung mendapat 2 rute, pertama angkutan perintis yakni ke Ponorogo dan sebaliknya, kedua kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Tulungagung-Pacitan.
"Tahun ini kita mendapatkan dua-duanya cuma dari Ponorogo mendapatkan satu. Ada penurunan satu armada yang berangkat dari Tulungagung 12.30 WIB arah ponorogo seperti adanya keterbatasan anggaran pusat," ujar Aries Prasetyo kepada VIVA Jatim, Jum'at, 17 Januari 2025.
Aries menerangkan tarif yang dibandrol masih sama seperti tahun 2024. Yang mana sangat terjangkau lantaran mendspatkan subsidi dari pemerintah pusat.
"Untuk tarif Ponorogo hanya 16 ribu, sedangkan untuk Pacitan 21 ribu," imbuhnya.
Beberapa pekan lalu, longsor terjadi di Desa Samar Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung yang menghubungkan ke Trenggalek sampai Ponorogo. Sehingga sempat menghambat perjalanan satu armada, namun bisa dicarikan solusi.
"Damri menyiasati untuk yang dari Tulungagung menuju Ponorogo berhenti (di lokasi longsor). Lalu diambil arah Ponorogo dan yang dari Ponorogo dilangsir ke Tulungagung," ulasnya.
Pria berkacamata ini menambahkan bahwa penumpang untuk Jalur Perintis masih didominasi oleh para pedagang yang akan berjualan ke pasar. Sehingga data yang dimiliki Dishub Tulungagung hanya sekitar 30 persen yang sampai ke Terminal Gayatri Tulungagung.
"Kebanyakan pekerja, pedagang ke pasar seperti Pasar Wage, Pasar Ngemplak. Sehingga jarang yang sampai turun ke terminal," jelasnya.
Aries mengaku, hal itu berbanding terbalik untuk yang jalur KSPN. Selain lebih tertata dan on time, juga menyuguhkan rute Jalur Lintas Selatan (JLS) dengan hamparan hutan dan pemandangan lanutan Pantai Selatan (Pansela).