Pemuda Mojokerto Raup Cuan Jutaan Rupiah dari Bisnis Ternak Tikus
- Viva Jatim/M Luthfi
Mojokerto, VIVA Jatim – Agung Saputro (30), pemuda asal Desa Mojorejo, Pungging, Mojokerto menggeluti bisnis ternak tikus. Dari budidaya tikus ini, Agung mampu meraup cuan jutaan rupiah setiap bulannya.
Agung berternak tikus tak jauh dari rumahnya di Dusun Banyuurip, Desa Mojorejo, Pungging. Ia membangun kandang seluas 4x6 khusus ternak berbagai jenis tikus.
Agung mengatakan, awal mula melakukan ternak tikus ketika dirinya bergabung dengan komunitas reptil di Kota Mojokerto. Ia melihat anggota-anggota komunitas kesulitan dalam mencari pakan.
“Teman-teman mencari pakan di kota lain, karena di Kota Mojokerto belum ada yang ternak. Terus saya berinisiatif ternak tikus pada tahun 2017,” katanya kepada wartawan saat ditemui di kandanganya.
Dengan modal Rp 150 ribu, saat itu pria bujang ini membeli 50 ekor tikus putih jenis mencit (mus musculus). Setelah ditekuni, bisnis ternaknya pun berkembang.
Kini, di kandangnya terdapat 150 indukan tikus berbagai jenis tikus. Tikus yang diternak berjenis mencit, rattus novergicus, long evan dan african soft furred (ASV). “Untuk anakan kurang lebih 200-300 ekor,” ujar Agung.
Ratusan tikus itu diberi makan pur ayam dengan campuran sawi, kangkung, tauge, melon, dan tomat. Jadwal makannya diberikan sehari sekali pukul 18.00 WIB.
“Kalau pembersihan kandang dan ganti alas 1 minggu sekali,” katanya.
Agung menuturkan , tikus yang ia jual adalah anakan tikus. Anak tikus putih biasanya dibeli untuk pakan hewan reptil, mancing ikan dan bahkan penelitian di Perguruan Tinggi. Selain dari Mojokero, Pembelinya berbagai daerah. Di antaranya, Surabaya, Lamongan, Jakarta hingga Kalimantan.
“Kalau pembeli dari Jakarta dan Kalimantan untuk penelitian di Kampus. Untuk yang deket-deket petshop ular dan reptil,” tuturnya.
Harga 1 ekor tikus anakan putih bervariasi tergantung berat badannya. Berat badan tikus 20-40 gram dipatok harga Rp 7.000, 40-60 gram Rp 9.000 dan 60-90 gram Rp 17.000. Dalam sebulan, ia mampu menjual 200-300 ekor tikus.
“Omzetnya sekitar Rp 3-4 juta per bulan,” tandas Agung
Pemeliharaan tikus putih ini pun cukup mudah. Untuk menghilangkan bau, kandang tikus diisi dengan sekam padi yang juga menjadi sarang induk ketika beranak.
Proses perkawinan, kata Agung, dirinya mempersiapkan kandang terpisah untuk jantan dan betina. Hal ini diperlukan untuk mengatur proses perkawinan secara terkontrol.
Menurut dia, proses perkawinan membutuhkan waktu 1 minggu dengan skema trio. Dalam skema ini, 1 jantan dikawinkan dengan dua betina. Karena satu jantan dapat mengawini dua betina secara simultan.
“Proses hamil sampai melahirkan 1-2 minggu sekali melahirkan bisa 6 sampai 14 ekor,” terangnya.
Tikus baru lahir dipindahkan ke sarang terpisah bersama induknya. Anakan tikus putih siap dipanen minimal usia 1-2 minggu tergantung kebutuhan.
Untuk kebutuhan umpan pancing usia 1-2 minggu, pakan hewan reptil usia 1 bulan ke atas. Sedangkan untuk penelitian biasanya usia 3 bulan ke atas,” pungkas Agung.