Kata Ahli Psikolog soal Demam Lato-Lato pada Anak
- Youtube/Fikrifadlu
Jatim – Salah satu jenis mainan yang diganderungi anak-anak belakangan ini adalah lato-lato. Ya mainan yang satu ini sejak beberapa bulan terakhir telah mewarnai hiruk-pikuk di jagat media sosial. Tak hanya anak-anak saja, masyarakat dari berbagai elemen juga mulai menyoroti fenomena mainan viral yang satu ini. Baik dari kalangan artis, pengusaha, dan sebagainya. Namun pada umumnya, lato-lato banyak diganderungi anak-anak.
Kendati begitu, demam lato-lato ini juga tak jarang membahayakan bila tidak tahu cara memainkannya. Sebab karet keras berbentuk bulat pada ujung kedua talinya kerap menimpa salah satu anggota tubuh hingga menimbulkan rasa sakit. Baik di bagian pergelangan tangan, bahkan bisa saja mengenai kepada sendiri maupun orang lain yang ada di dekatnya.
Bagi mereka yang memiliki kepiawaian memainkannya, tentu akan menghadirkan sensasi tersendiri. Bisa membenturkan kedua bola kecil dari atas ke bawah perlu latihan khusus. Sebab itu, tak jarang pula belakangan banyak komunitas yang menggelar perlombaan jenis permainan yang satu ini. Siapa yang paling lihai bermain dengan durasi yang lama, dialah pemenangnya.
Permainan lato-lato kian viral semenjak Presiden Republik Indonesia, Ir Joko Widodo sempat memainkannya saat agenda kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Barat. Momen itu terlihat Jokowi diajari main lato-lato oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Menyikapi demam lato-lato pada anak, seorang ahli Psikolog, Dr Zamzami Sabiq menyarankan agar orangtua bisa menyikapinya dengan bijak. Tidak terlalu melarang anak untuk mengikuti perkembangan zaman, namun juga mengawasinya agar tidak berlebihan hingga berakibat tidak baik.
Hendaknya bagi orangtua, menyikapi permainan lato-lato dengan memperhatikan waktu dan situasi yang tepat. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada anak bermain lato-lato dengan waktu yang tidak berlebihan. Dengan begitu tentu tidak akan mengganggu pertumbuhan si anak, dan tidak akan mengganggu waktu mereka untuk belajar.
“Namun jika berlebihan, ditambah dimainkan di waktu dan situasi yang tidak tepat tentu akan sangat mengganggu,” kata dr Zamzami.