Tips Sehat Bagi Jemaah Haji Hadapi Cuaca Panas Ekstrem di Mekkah
Surabaya, VIVA Jatim – Secara bertahap calon jemaah haji (CJH) Indonesia mulai diberangkatkan ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Namun, karena kondisi dan cuaca yang jauh berbeda dengan Indonesia, membuat para jemaah haji tanah air harus ekstra hati-hati menjaga kesehatan.
Tanah Suci khususnya di Mekkah Arab Saudi dikenal dengan daerah yang memiliki iklim gurun nan panas. Tentu kondisi ini akan membahayakan bagi para jemaah haji dari tanah air.
Berdasarkan data cuaca setempat, suhu di Mekkah selama musim panas dapat melonjak hingga lebih dari 43°C pada siang hari, terutama pada bulan Juni. Sementara itu, suhu terendah di malam hari pada musim dingin seperti Januari jarang turun di bawah 13 Derajat Celcius.
Cuaca ekstrem ini menjadi tantangan tersendiri, mengingat puncak ibadah haji tahun 2025 diperkirakan akan jatuh pada awal Juni—salah satu periode terpanas di wilayah tersebut. Kementerian Agama Republik Indonesia telah merilis perkiraan jadwal haji 1446 Hijriyah.
Wukuf di Arafah, yang menjadi puncak ibadah haji, dijadwalkan pada 5 Juni 2025. Sehari sebelumnya, yakni 4 Juni, para jamaah akan diberangkatkan dari Mekkah menuju Arafah. Idul Adha akan dirayakan pada 6 Juni, disusul hari Tasyrik mulai 7 Juni. Musim haji diprediksi akan terus berlangsung pada bulan-bulan musim panas hingga tahun 2026.
Berbeda dengan negara tropis, Mekkah tidak memiliki musim hujan dan kemarau yang teratur. Meskipun curah hujan di wilayah ini tergolong rendah, puncaknya hanya sekitar 2 cm pada bulan November, kadang kala hujan lebat hingga banjir bisa terjadi secara tiba-tiba. Angin kencang juga dapat menyertai perubahan cuaca ekstrem ini.
Setiap tahun, sejumlah jamaah dilaporkan mengalami kelelahan panas, dehidrasi, hingga serangan panas (heatstroke) akibat paparan suhu tinggi dan aktivitas ibadah yang padat. Untuk itu, para ahli dan otoritas kesehatan menyarankan beberapa langkah pencegahan.