Momen Tari Prasasti Kamulan Trenggalek Tampil di TMII, Ini Filosofinya

Suasana penampilan seni budaya Trenggalek di TMII
Sumber :
  • Madchan Jazuli/Viva Jatim

Jatim – Pemkab Trenggalek menyuguhkan 'Drama Tari Prasasti Kamulan Tonggak Ing Trenggalih' dalam pentas budaya di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Drama tari tersebut disajikan dalam rangka mengenalkan sejarah perjalanan Trenggalek, melalui sebuah karya drama tari yang menarik. Sedangkan Prasasti Kamulan sebagai penanda kapan Hari Jadi Trenggalek.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, Sunyoto menjelaskan, di momen itu pihaknya mengambil satu cerita yang berasal dari Prasasti Kamulan (peristiwa Kamulan). Total ada sejumlah 17 cerita selepas prasasti ini dibawa ke Trenggalek.

"Ada salah satu tokoh yang membuat cerita berdasarkan sejarah yang beliau ketahui. Salah satu cerita itu akan kita fragmenkan dan direalisasikan menjadi sebuah drama tari," ungkap Sunyoto kepada Viva Jatim, Selasa 22 November 2022.

Drama tari juga menyuguhkan cerita  bagaimana Trenggalek, sebuah Kabupaten yang berada di Pesisir Selatan Jawa sebagai daerah yang tidak hanya kaya akan kekayaan alam. Melainkan juga kaya dengan sejarah dan seni budaya.

Dalam rama tari, juga diceritakan tentang upaya menghentikan pertikaian perang saudara di Kerajaan Panjalu. Yaitu Raja Airlangga membagi kerajaan menjadi 2 (Panjalu dan Kediri). Pada Kediri dipimpin Raja Kertajaya, terjadi pemberontakan Aji Worawari dari Kerajaan Tumapel yang ingin mengambil Kediri.

Alhasil, daerah dikuasai musuh, selanjutnya Prabu Kertajaya mengungsi ke Desa Kamulan. Dari situlah, menurut Sunyoto Kertajaya mendirikan Pesanggrahan untuk pemerintahannya. Dibantu warga Kamulan Kertajaya kembali menguasai Kediri dengan memukul musuh mundur.

Atas jasa Prabu Kertajaya, daerah Kamulan diberikan tanah perdikan. Sehingga dibebaskan untuk membayar pajak dan bisa mengelola pajaknya sendiri. Prasasti Kamulan ini selanjutnya dijadikan sebagai penanda hari jadi Trenggalek.

Menjadi sebuah kebanggaan, Prasasti Kamulan setelah dalam kurun beberapa tahun lamanya berada di Museum Tulungagung. Akhirnya bisa diboyong ke area Pendopo Kabupaten Trenggalek. Hal itu berkat upaya Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhammad Natanegara yang memberanikan sowan langsung ke Bupati Tulungagung untuk bisa memboyong prasasti ini kembali ke Trenggalek.

"Pasca Prasasti Kamulan ini kembali ke Trenggalek, harapannya semoga menjadi sumber-sumber inspirasi bagi kebudayaan kita. Dan tidak menutup kemungkinan menjadi inspirasi cerita ketoprak, ludruk dan kesenian lainnya," imbuhnya.

Tidak hanya itu, ada Tari Bedoyo Nitisari. Tarian pembuka dari pentas budaya yang digelar Pemkab Trenggalek. Bedoyo Nitisari adalah sebuah tari persembahan yang menggambarkan karakter sosok Putri Nitisari.

Lalu juga penampilan Tari Turonggo Yakso menjadi tarian khas masyarakat di Trenggalek. Turonggo Yakso sendiri berasal dari sebuah upacara adat Baritan, bersih desa wujud syukur terhadap hasil panen melimpah berada di Kecamatan Dongko.

Turonggo memiliki arti kuda dan Yakso merupakan Buto atau Raksasa. Arti Turonggo Yakso yaitu menceritakan tentang Dadung Awuk yang menjaga pertanian dan hewan peliharaan. Untuk tokoh jahat disimbolkan celeng dan barongan. Saling bertempur untuk menjadi pemenang, namun akhirnya yang benarlah yang menang.

Puncaknya ada drama tari dengan judul Prasasti Kamulan Tonggak Ing Trenggalih. Drama tari ini mengambil salah satu cerita dari 17 cerita yang dituturkan oleh salah satu tokoh masyarakat disana. Melui drama tari ini diharapkan  dapat menjadi ajang promosi sekaligus sumber inspirasi perkembangan budaya di Trenggalek.

"Untuk pentas budayanya saat ini masih membawa tarian dan kesenian unggulan kita. Ada Turonggo Yakso, kemudian tarian Bedoyo Nitisari yang biasa kita sebut sebagai tarian persembahan," pungkasnya. 

8 Kecamatan Terdampak Luapan Banjir Akibat Hujan Deras di Trenggalek