Warga Keluhkan Iuran Wisuda Sekolah Dasar, Bupati Tulungagung: Sederhana Tidak Harus Mewah

Suasana wisuda sekolah dasar di Tulungagung
Sumber :
  • Instagram : @arumestns

Tulungagung, Viva Jatim - Peniadaan purnawiyata atau wisuda di tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas  menjadi isu yang ramai diperbincangkan. Pasalnya, wisuda biasanya hanya diperuntukkan bagi yang telah lulus di perguruan tinggi negeri (PTN).

Gedung UIN Tulungagung Terbakar Diduga Berasal dari Panel Listrik

Tanggapan beragam diungkapkan salah satu wali murid di Tulungagung, Firmanto Irmansyah menjelaskan bahwa dirinya setuju dengan adanya wisuda. Lantaran, menurutnya hal itu tidak terberatkan dengan adanya purnawiyata. Namun, ia tak menampik jika ada yang keberatan pasti memiliki alasan kuat.

"Kalau yang ada yang memberatkan ya kurang setuju juga. Ada saran untuk lembaga pendidikan ketika ingin mengadakan kegiatan yang sama itu harus mempertimbangkan kemampuan wali murid," terang Firmanto Irmansyah saat dikonfirmasi, Senin, 19 Juni 2023.

Pria Bercelurit Rampok Minimarket Tulungagung Untuk Bayar Hutang

Firman menyadari tidak semua rekan-rekan wali murid mampu dalam hal finansial. Ketika tidak semua wali murid mampu, sekolah seyogyanya harus memikirkan juga jika ditarik harga sekian terbebani atau tidak. 

Warga asli Kelurahan Kutoanyar Kecamatan/Kabupaten Tulungagung ini menilai, sebaiknya sekolah menakar kemampuan sesuai kondisi wali murid. Solusi yang bisa ditawarkan ialah dengan mematok nominal sekian bagi yang mampu dan ada sedikit berbeda dengan benar-benar wali murid yang tidak mampu. 

Ngedusi Kucing Jadi Adat Warga Pelem Tulungagung Doa Meminta Hujan

"Wali murid lain yang menalangi atau subsidi silang. Itu kalau menurut saya yang punya anak baru wisuda bisa jadi jalan tengah," tandasnya.

Sementara, Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo mengatakan fenomena wisuda di jenjang terendah pendidikan merupakan sebagai kearifan lokal. Pihaknya tidak bisa melarang ataupun meniadakan kegiatan tahunan tersebut.

Terlebih, dampak ekonomi adanya wisuda juga mampu menggerakkan di sektor tata rias, penjual bucket dan sebagainya. Akan tetapi, yang menjadi perhatian adalah konsep sederhana tidak harus mewah.

"Kalau bisa idak usah di gedung, di tempat sekolah saja sudah cukup. Tapi ada sisi lain sebagai sebuah kebanggaan karena sebagai alumni. Berapapun bisa diperuntukkan untuk wisuda dicukupi," paparnya.

Maryoto juga mewanti-wanti kepada wali murid maupun guru untuk berpola hidup sederhana. Ketika ada pungutan ratusan ribu rupiah, ia berharap pihak sekolah tidak terlalu menekan dengan nominal besar.

"Saya minta tentunya lebih hemat dan bersahaja. Hidup sederhana di sekolah itu semua tak kalah hebatnya," pungkasnya.