Kepala BNPB Minta Kepala Daerah Lebih Sigap dalam Penanganan Bencana

Kepala BNPB RI, Letjen TNI Suharyanto
Sumber :
  • Nur Faishal/Viva Jatim

Surabaya, VIVA Jatim – Beberapa waktu terakhir, Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu daerah yang kerap mengalami bencana. Mulai dari bencana alam kekeringan, kebakaran, gempa bumi hingga potensi terjadinya tsunami dan hidrometeorologi.

Lolos Porprov, Futsal Putri Trenggalek yang Digelar di Batu Hadapi Kendala

Oleh sebab itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto meminta para kepala daerah, dalam hal ini Bupati dan Wali Kota se-Jawa Timur untuk lebih sigap dalam penanganan bencana. Mulai dari mitigasi, hingga penetapan status siaga atau tanggal darurat.

"Agar pemerintah dapat mendukung langsung kebutuhan masyarakat yang terdampak," ungkapnya saat menghadiri Rapat Koordinasi Percepatan Penanganan Bencana Kekeringan serta Antisipasi Bencana Hidrometeorologi di Kantor BPSDM Jawa Timur pada Senin, 9 Oktober 2023.

Menikmati Kelezatan Pentol Gapek, Kuliner Khas Ambunten Sumenep yang Lagi Viral

Ia pun menekankan agar kepala daerah tidak segan untuk segera menetapkan status siaga atau tanggap darurat bila benar-benar dalam kondisi kedaruratan. Selain itu, Suharyanto juga menekankan pentingnya kepala daerah mengoptimalkan fasilitas hibah rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

"Agar proses pemulihan hidup dan penghidupan masyarakat berjalan lebih cepat," pintanya.

SMA Al Miftah Sampang Gelar Lepas Pisah Kelas Akhir, Ketua Yayasan: Jaga Akhlak dan Jangan Berhenti Belajar

Di kesempatan itu, Kepala BNPB juga memberikan bantuan dukungan sumber data darurat bencana kekeringan. Yakni Dana Siap Pakai (DSP) kepada Pemprov Jatim senilai Rp1 miliar. Kemudian untuk Pemkab dan Pemkot terdampak bencana kekeringan senilai Rp250 juta beserta peralatan penanganan bencana kekeringan.

Lebih jauh, Suharyanto juga menjelaskan kejadian bencana yang terjadi di Indonesia selama tahun 2023. Ia menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingka risiko bencana paling tinggi di dunia.

“Segala jenis bencana di dunia ada di Indonesia meskipun skalanya berbeda. Perhari ini bencana yang terjadi di Indonesia sudah 3.089 kali,” ujarnya.

Selanjutnya dirinya membicarakan perkembangan penanganan bencana di Jawa Timur. Sejak tahun 2020 sampai 2022, Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 60%.

“Dulu enggak pernah namanya gunung itu terbakar, sekarang mulai Gunung Arjuno, Gunung Bromo dan sekarang Gunung Lawu sudah mulai padam oleh Heli Waterbombing yang mengarah ke Ngawi,” sambungnya.

“Kemudian karhutla di Gunung Bromo menjadi catatan penting bagi kita, akibat kelalaian dan akibat kekurang pahaman, menjadikan kerugian cukup besar,” lanjutnya.

Penanganan bencana erupsi gunung semeru yang terjadi beberapa waktu lalu diharapkan menjadi pembelajaran.

“Relokasi Lumajang akibat erupsi Gunung Semeru alhamdulillah berjalan dengan baik dan sukses, karena dua kali erupsi yang pertama ada korban, yang kedua tempat sama tapi alhamdulillah tidak ada korban. Ini pengalaman baik pembelajaran berharga bagi kita semua ketika kebijakan tepat, melaksanakan relokasi, ketika bencana terjadi lagi di tempat yang sama tidak ada lagi korban,” tutur Suharyanto.

“Gempa bumi di Malang April 2021, alhamdulillah per hari ini rata-rata program rehabilitasi dan rekonstruksinya sudah 100 persen kecuali ada tambahan yang masih diproses,” tambahnya.

Kemudian ada contoh bagus, penanaman vegetasi Cemara Udang di Pantai Teleng Ria di Pacitan Jawa Timur, tentu saja dengan adanya seperti ini menjadi salah satu mitigasi tsunami di pesisir pantai.

Diketahui, hadir dalam rapat tersebut antara lain jajaran pejabat tinggi di lingkungan BNPB, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Anggota Komisi VIII DPR RI, Gubernur Jawa Timur, Bupati dan Walikota serta Kepala Pelaksana BPBD se-Jawa Timur.