Berkah Ramadan, Omzet Pengrajin Kaligrafi Tulungagung Naik 200 Persen
- Madchan Jazuli/Viva Jatim
Tulungagung, VIVA Jatim –Momen bulan suci Ramadan menjadi berkah bagi salah satu pengrajin kaligrafi timbul. Berkah Ramadan, Komarudin (53) kebanjiran orderan hingga 200 persen dengan berbagai jenis ukuran.
Saat VIVA Jatim mengunjungi kediamannya, Komarudin bersama sang istri tengah menyelesaikan pesanan kaligrafi timbul. Seluruh ruang tamu penuh dengan kaligrafi pesanan dari konsumen.
Tepat di Desa Sumberejokulon, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung dirinya sudah sejak 1992 menyukai kaligrafi. Saat itu dirinya masih duduk di bangku putih abu-abu. Hasil goresannya ia jual di berbagai kesempatan.
"Saya menggeluti sejak tahun 1992 ketika masih Aliyah jualan (kaligrafi) nama bayi di pengajian-pengajian hingga tempat-tempat keramaian yang lain," ulas Komarudin, Kamis, 3 Maret 2025.
Seiring berjalannya waktu, hingga menikah dibantu sang istri, baru 3 tahun berjalan beralih menggunakan kaligrafi timbul dari lem silikon. Permintaan dari pelanggan terbilang banyak di bulan puasa.
"Alhamdulillah 3 tahun terakhir ini perkembangannya sangat memuaskan. Berkah Ramadan, permintaan peningkatannya sekitar 200 persen. Sebelumnya 2 atau 3 sebulan, kalau sekarang bisa 8 sampai 9 permintaan," ujarnya.
Alumnus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Ngunut Tulungagung ini mengaku lapisan dasar adalah kain bludru. Proses pembuatan sesuai permintaan yakni dengan melukis diatas kain bludru tersebut dengan ukuran yang telah ditentukan.
Selanjutnya, menggunakan lem silikon mengikuti hasil kaligrafi yang telah digambar. Lalu, menunggu beberapa saat setelah kering. Berlanjut pelapisan menggunakan foil prada sebagai pewarna perak hingga emas.
"Untuk warna kita kasih prada untuk warna emas, warna putih dan juga warna perak," bebernya.
Di sela-sela wawancara, Komarudin menunjukkan usai kaligrafi selesai, proses pembilasan dengan air pelan-pelan untuk menghilangkan bekas foil prada dan lainnya.
Setelah menunggu beberapa menit dijemur, akhirnya bisa diangkat untuk dimasukkan ke dalam pigora sesuai ukuran kaligrafi. Dan proses finishing selesai siap diambil maupun diantar oleh pembeli.
"Lama pembuatan tergantung dari pesanan. Kalau lafadz Allah dan Muhammad setengah hari saja jadi. Tapi kalau kaligrafi ayat kursi tentang, kaligrafi seribu dinar itu bisa sampai 1 hari. Asmaul Husna bisa sampai 2 hari dan seterusnya," paparnya.
Kalau harga, pria yang saat ini tercatat sebagai Dosen STAI Diponegoro Tulungagung mengaku yang termurah 40 ribu tanpa pigora. Ada 400 ribu, 800 ribu, sampai 4,5 juta sesuai dengan tingkat kesulitannya.
"Ada yang 4 juta setengah itu sesuai dengan ukuran dan tingkat kesulitannya. Seperti beberapa waktu lalu membuat kiswah," terangnya.
Komarudin mengaku konsumen hasil karyanya berasal dari seputaran Tulungagung. Lalu, Kediri, Trenggalek, Blitar, Malang, Jombang serta dari luar negeri pernah ada yang meminta untuk dibawa ke Taiwan dan
"Pernah ke Taiwan itu kaligrafi Ayat Kursi, termasuk juga dari Qatar mendapat pesanan dari bosnya orang Tulungagung," katanya.
Pria yang juga Sekretaris LTMNU Tulungagung ini menambahkan pernah menolak pesanan gegara dilanda sakit. Akan dilempar ke teman yang menggeluti kaligrafi tidak ada yang bersedia.
Kelebihan hasil kaligrafi timbul yang ia buat, Komarudin mengaku memang berasal dari kalangan pesantren. Sehingga lafadz-lafadz hingga model penulisan sudah sesuai kaidah-kaidah kaligrafi.
Termasuk dari segi ketelitian sampai kerapian Komarudin benar-benar sangat menjaga. Selain kaligrafi adalah seni, juga sebagai syi'ar islam melalui kaligrafi yang ia buat.
"Sayang temen-teman (yang bisa kaligrafi) ada puluhan di Tulungagung, tapi tidak ada yang bergerak disini. Ini kelas premium dikerjakan dengan hati-hati dan menghasilkan lebih dari yang lain. Brand possisioning marketnya disitu," pungkasnya.