Kiai Yunus Jajar Trenggalek Istiqomah Mengaji, Pernah Mondok 21 Tahun di Lirboyo Kediri

Kiai Zuhdi mengenang KH Muhammad Yunus Jajar Trenggalek
Kiai Zuhdi mengenang KH Muhammad Yunus Jajar Trenggalek
Sumber :
  • Viva Jatim/Madchan Jazuli

"Sampai Mbah Qornen itu sebangku dengan saya sama saking tidak bisa Bahasa Indonesia. Waktu ngahar itu taqriran harus bisa membaca dan juga bisa murodi dengan membaca bahasa Indonesia. Jibek (susah) Mbah Qornen," tawanya lirih.

Kiai yang memiliki putra putri 5 ini membenarkan bahwa Kiai Yunus memiliki kelebihan banyak santri merasakan. Yaitu ketika mengaji di serambi Masjid Jajar atau masjid pondok, santri yang berada di kejauhan terdengar.

"Jadi santri yang bertempat di sebelah utara, ya terdengar, ya tidak keras. Santri di sampingnya juga tidak terlalu keras. Misal ngaji disini, (serambi) dari rumah situ terdengar," akuinya.

Dikatakannya, dahulu ngaji di serambi Kiai Yunus Istiqomah berada di tiang selatan timur menghadap barat. Namun santri yang berada di pinggir serambi, pintu sebelah serta banguna dahulu tidak seperti ini. 

"Masih terhalang dinding juga terdengar, benar itu pas ngaji kitab, kok bisa," katanya.

Dirinya juga menceritakan kesabaran dalam mendidik santri. Kiai Zuhdi muda ketika mondok di pelajaran Alfiyah Ibnu Malik, semua santri wajib menghafalkan belasan bait dalam seminggu.

Setoran langsung disimak oleh Kiai Yunus. Namun Kiai Zuhdi yang masih belia belum mampu menghafal dengan sesuai target berinisiatif untuk tetap bisa setoran.