Azyumardi Azra dan Gus Dur

Almarhum Azyumardi Azra.
Sumber :
  • NU Online Jatim

Jatim – Jagat pemikiran Islam dan dunia pers berduka. Cendekiawan Muslim yang juga Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra meninggal dunia saat dirawat di rumah sakit di Malaysia. Sedikit yang tahu bahwa terjalin hubungan antara Azyumardi Azra dan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur semasa hidup. 

Yang kontroversial yaitu ketika nama Azyumardi Azra disinggung dalam buku Menjerat Gus Dur karya Virdika Rizky Utama. Buku tersebut bikin geger karena memuat lampiran dokumen surat yang ditujukan kepada Akbar Tanjung pada 29 Januari 2002, isinya mengungkap eksekusi rencana ‘Skenario Semut Merah’, yang ujungnya ialah pelengseran Gus Dur dari kursi presiden.

Di dalam lampiran surat itu terdapat beberapa nama dengan peran masing-masing. Menteri Keuangan Kabinet Pembangunan VII, Fuad Bawazier, di surat itu disebut sebagai salah satu kepala operasi. Nama Azyumardi Azra juga disebut sebagai penggiring opini publik. Di surat itu, seperti dibaca VIVA Jatim di buku Menjerat Gus Dur, nama Azyumardi tertulis di poin enam.

Azyumardi Azra langsung membantah tudingan seperti tertulis di buku terbitan tahun 2019 tersebut. “Terkait berita yang beredar soal pelengserang Gus Dur, saya enggak ikut. Tidak mungkin saya menjatuhkan Gus Dur,” kata Azyumardi kepada NU Online, situs resmi PBNU, pada Senin, 27 Januari 2020 lalu.

Azyumardi Azra mengaku punya hubungan yang baik dengan Gus Dur, lebih-lebih karena keduanya sama-sama bergelut di dunia pemikiran Islam. Azyumardi menuturkan, dia menjabat Rektor UIN Syarif Hidayatullah periode 1998-2002 saat Gus Dur dilengserkan pada tahun 2001. 

Saat masih jadi presiden, Gus Dur sering berkunjung ke UIN Jakarta dan berjasa pada perkembangan Fakultas Adab dan Humaniora di kampus tersebut. Adalah tidak mungkin bila Azyumardi Azra berkeinginan untuk ikut menjatuhkan karena jasa Gus Dur besar di kampus yang dia pimpin saat itu.

“Dia (Gus Dur) berjasa ke IAIN (UIN Jakarta) Fakultas Adab. Beberapa mahasiswa dimbimbingnya, Bachtiar Efendy (Guru Besar UIN Jakarta, tokoh Muhammadiyah) Gus Dur yang membimbingnya,” ujar Azyumardi kala itu.

Selain itu, lanjut Azyumardi, hubungan antara NU dan Muhammadiyah saat itu juga baik dan harmonis. Dua organisasi besar itu bergandengan mendorong tumbuhnya peradaban Islam bercorak Indonesia. Atas alasan itu pula mustahil Azyumardi yang lebih dekat dengan Muhammadiyah melakukan hal yang bikin Gus Dur sebagai tokoh NU jatuh.

Apa pun itu, sebagai cendekiawan Muslim, jasa Azyumardi dalam membangun peradaban Islam besar. Di dunia intelektual pula Azyumardi bertalian secara dinamis dengan Gus Dur. Azyumardi juga berperan penting dalam perkembangan dunia pers, sebagaimana Gus Dur yang kala hidup memperjuangkan kebebasan pers di negeri ini.

Warga NU rupanya lebih menerima alasan yang disampaikan Azyumardi Azra daripada isi surat yang dilampirkan di buku Menjerat Gus Dur. Buktinya, poster ucapan duka dan doa mengalir dari para tokoh dan warga NU di jejaring grup WhatsApp dan media sosia, begitu menerima informasi wafatnya Azyumardi Azra.

Untuk Gus Dur dan Azyumardi Azra: alfaatihah.